Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surplus Neraca Dagang Susut, Kemenkeu Waspadai Kondisi Global 2024

Kompas.com - 16/01/2024, 15:29 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca ekspor-impor atau perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus sepanjang 2023. Namun demikian, nilai surplus neraca dagang sepanjang tahun lalu menyusut dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai surplus neraca dagang pada 2023 mencapai 36,93 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 263,35 triliun (asumsi kurs Rp 15.555 per dollar AS). Nilai tersebut turun 17,52 miliar dollar AS dari tahun sebelumnya yang mencapai 54,46 miliar dollar AS.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pada tahun lalu perekonomian global diwarnai sentimen moderasi harga dan perlambatan ekonomi negara mitra dagang. Oleh karenanya, surplus neraca dagang yang berlanjut menunjukan kondisi eksternal ekonomi RI masih terjaga.

Baca juga: Neraca Dagang RI Surplus 36,93 Miliar Dollar AS Sepanjang 2023

"Meski mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022, surplus neraca perdagangan di tahun 2023 kemarin menunjukkan daya tahan eksternal perekonomian nasional di tengah peningkatan risiko global," tutur dia, dalam keterangannya, Selasa (16/1/2024).

Penurunan nilai surplus neraca dagang tidak terlepas dari nilai ekspor dan impor RI yang sama-sama menyusut. Tercatat nilai ekspor turun menjadi 258,82 miliar dollar AS dan impor turun menjadi 221,89 miliar dollar AS.

Meskipun nilai ekspor menurun, Febrio bilang, volume ekspor Indonesia masih meningkat. Tercatat volume ekspor tumbuh sebesar 8,55 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Baca juga: Kenang Rizal Ramli, Sri Mulyani: Sering Kritis, Termasuk Mengenai Kebijakan Kemenkeu

"Perlambatan nilai ekspor tersebut sejalan dengan moderasi harga komoditas unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batu bara," ujar Febrio.

Hal serupa juga terjadi pada kinerja impor nasional. Walaupun nilainya menurun, Febrio bilang, volume impor masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,04 persen secara yoy.

"Sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik," katanya.

Baca juga: Pengusaha Sambangi Kemenkeu Minta Penerapan Pajak Rokok Elektrik Ditunda

Waspadai tahun 2024

Lebih lanjut Febrio menyebutkan, aktivitas ekonomi global diperkirakan masih akan menghadapi risiko dan ketidakpastian pada 2024. Ini tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas.

Hal tersebut secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia pada 2024.

Oleh karenanya, pemerintah berupaya untuk mengantisipasi proyeksi tersebut. Febrio mengungkapkan, sejumlah langkah antisipasi akan dilakukan pemerintah.

"Melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama," ucap Febrio.

Baca juga: Realisasi Belanja Negara Masih 80 Persen, Kemenkeu: Hal yang Lazim Terjadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com