Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BTN Sebut Proses Uji Tuntas Bank Muamalat Bakal Rampung April 2024

Kompas.com - 12/02/2024, 14:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN sedang melakukan uji tuntas atau due diligence terhadap salah satu bank yang ditargetkan dapat diakuisisi.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, aset BTN Syariah yang telah mencapai lebih dari Rp 50 triliun membuat unit usaha syariah (UUS) BTN itu harus memiliki perusahaan cangkang atau membuat BTN Syariah menjadi bank umum syariah (BUS) dalam waktu 2 tahun.

Aturan itu tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK 12/2023 mengenai kewajiban pemisahan atau “spin-off” bagi Unit Usaha Syariah (UUS).

Beleid itu menyatakan, bank yang memiliki UUS dengan nilai aset UUS telah mencapai 50 persen dari total nilai aset induknya atau jumlah aset paling sedikit Rp 50 triliun, wajib melakukan pemisahaan UUS.

"Jadi ini sudah memenuhi syarat untuk harus spin off dan diberikan waktu maksimal 2 tahun dari November, (aset) Rp 50 triliun itu sudah tembus di Oktober atau November kalau tidak salah. Jadi Oktober 2025 kami paling lambat sudah harus punya PT (perseroan terbatas," kata dia kata dia dalam konferensi pers Paparan Kinerja per 31 Desember 2023, Senin (12/2/2024).

Baca juga: Jelang Spin Off, Aset BTN Syariah Tembus Rp 54,3 Triliun

Ia menjelaskan, memiliki PT baru jelas akan memakan waktu dan tidak bisa rampung dalam waktu yang singkat. Untuk itu, BTN memutuskan membidik target perusahan untuk dibeli.

Mulanya, BTN memiliki 2 target perusahaan untuk diakuisisi dalam kaitan dengan pembentukan BUS tersebut.

"Saat ini kami sedang due diligence, yang satu kami tinggalkan sebentar. Kami sedang due diligence yang satu lagi. Jadi kami dibantu konsultan, sekuritas teresar, KAP (kantor akuntan publik) dan law firm terbesar yang membantu kami melakukan due diligence," imbuh dia.

Baca juga: Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Dinilai Akan Menguntungkan

Nixon menjelaskan, uji tuntas yang dilakukan kepada calon perusahaan yang akan diakuisisi tersebut melingkupi sekurang-kurangnya 4 sektor yakni portofolio finansial, hukum dan kontrak, teknologi, dan kesiapan sumber daya manusia (SDM).

Meskipun demikian, Nixon menjelaskan pihaknya belum mengirim pernyataan tertulis ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan proses akuisisi ini.

Harapannya, proses uji tuntas ini dapat selesai pada April 2024. Adapun, keputusan terkait keberlanjutan proses akuisisi akan diambil pada waktu yang sama.

"Ya (keputusan keberlanjutan akuisisi) April lah," tandas dia.

Baca juga: Misi Penyelamatan Bank Muamalat di Balik Upaya Merger dengan BTN Syariah


Sebagai informasi, BTN dikabarkan ingin mengakuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Saat ini mayoritas saham Bank Muamalat atau sekitar 82,65 persen dimiliki oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Diproyeksikan, aset gabungan Bank Muamalat dengan BTN bakal mencapai 114,6 triliun. Hal ini akan membuat BTN Syariah menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia.

Sebagai catatan, saat ini PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau Bank BSI masih menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan jumlah aset Rp 319,8 triliun pada September 2023.

Baca juga: 74 Tahun, BTN Telah Salurkan KPR untuk 5,2 Juta Unit Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Whats New
Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com