Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontribusi Sektor Manufaktur RI di Atas Rata-rata Dunia

Kompas.com - 15/02/2024, 08:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kurun waktu 2014-2022, PDB manufaktur Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 3,44 persen per tahun. Rata-rata pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia yang sebesar 2,35 persen, maupun anggota The Organization for Economic Cooperation and Development – OECD (2,08 persen).

Begitu juga bila dibandingkan dengan negara industri dunia dan negara peers seperti Korea Selatan (2,53 persen), Meksiko (2,05 persen), Jerman (1,62 persen), Jepang (1,56 persen), Italia (1,38 persen), Thailand (1,02 persen), Australia ( minus 0,23 persen), serta Brazil ( minus 1,69 persen).

Dengan demikian, di tengah kondisi ekonomi global maupun nasional, industri manufaktur mencatatkan capaian positif, yang menunjukkan optimisme serta kinerja yang berdaya saing.

Selanjutnya berdasarkan data UNStats, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2021 sebesar 228 miliar dollar AS.

Pada periode tersebut, peringkat MVA Indonesia berada di atas beberapa negara, seperti Kanada, Turki, Irlandia, Brazil, Spanyol, Swiss, Thailand, dan Polandia.

“MVA Indonesia memberikan kontribusi sebesar 1,46 persen terhadap total MVA dunia tahun 2021, menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu powerhouse manufaktur di dunia,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Kamis (15/2/2024).

Baca juga: Inflasi Terkendali dan Aktivitas Manufaktur Ekspansif, Perekonomian Indonesia Tetap Solid

Pada periode 2014-2022, rata-rata Kontribusi PDB manufaktur terhadap total PDB Indonesia adalah sebesar 19,9 persen.

Kembali, angka ini menempatkan Indonesia lebih tinggi dari rata-rata kontribusi PDB manufaktur dunia yang sebesar 16,26 persen maupun rata-rata negara OECD (13,6 persen), juga melampaui negara-negara peers seperti Australia (5,8 persen), Brazil (10,5 persen), Rusia (12,5 persen), India (14,5 persen), Italia (14,7 persen), dan Filipina (18,8 persen).

Posisi tersebut juga memberikan ruang yang semakin besar bagi sektor manufaktur Indonesia dalam memberikan kontribusi multiplier effect kepada sektor lainnya.

Baca juga: Kemenperin Endus Sinyal Positif Manufaktur Indonesia di Tengah Suasana Pemilu dan Pilpres 2024

 


Sebagai gambaran, dengan meningkatnya output industri, sektor transportasi juga akan meningkat, demikian juga dengan sektor energi, pertanian, perkebunan, dan kelautan yang merupakan sumber-sumber bahan baku dan faktor-faktor input produksi bagi sektor manufaktur.

Catatan kinerja sektor manufaktur Indonesia selama hampir satu dekade tersebut dapat menjaga keyakinan para pelaku industri mengenai kondisi usahanya.

Hingga Januari 2024, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan level ekspansi selama 29 bulan berturut-turut. Kondisi ini juga perlu diapresiasi, karena dilihat dari perkembangan PMI negara-negara dunia, hanya Indonesia dan India yang berhasil mempertahankan PMI ekspansi dalam kurun waktu tersebut.

Melihat perkembangan PMI manufaktur Indonesia dalam kurun waktu 2014-2024, posisi Indonesia lebih baik dibandingkan Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Jerman, dan rata-rata PMI dunia.

Baca juga: Jurus Menperin Dongkrak Kinerja Manufaktur di Tahun Naga Kayu

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com