Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Tingginya Ketimpangan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 26/02/2024, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestik Produk (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Makna pembangunan tradisional untuk daerah difokuskan pada PDRB suatu provinsi, kabupaten, dan kota.

Namun muncul kemudian alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan income per kapita (pendapatan per kapita).

Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, keterampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi di wilayah bersangkutan.

Adanya heterogenitas dan beragam karateristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antardaerah dan antarsektor ekonomi suatu daerah.

Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, kesenjangan atau ketimpangan antardaerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan.

Itulah yang disebut dengan biaya pembangunan ekonomi. Semakin maju perekonomian suatu negara, maka semakin tinggi ketimpangan pendapatan yang akan kita lihat.

Baru pada 1955, Simon Kuznets mengajukan teorinya yang pertama tentang apa yang mendorong perubahan dalam distribusi pendapatan.

Kuznets berargumentasi bahwa kesenjangan antarmanusia tidaklah sama, apa pun jenis masyarakatnya, namun bervariasi seiring dengan berkembangnya masyarakat.

Analisis Kuznets menggunakan pendekatan test cross-section country, di mana analisis ini dilakukan di banyak negara pada satu titik waktu tertentu, bukan membahas satu negara dalam kurun waktu yang panjang.

Kenaikan Gini Ratio yang dapat meningkatkan kesejahteraan, Indonesia telah terbukti terjadinya hipotesis U terbalik dari Kuznet, sehingga Pemerintah perlu menurunkan kesenjangan yang terjadi diberbagai daerah.

Mengapa pertumbuhan ekonomi selalu diikuti ketimpangan?

Sejak 1990-an, ketimpangan di Indonesia naik lebih pesat dibanding negara Asia Timur manapun selain Tiongkok.

Pada 2002, konsumsi 10 persen rumah tangga terkaya setara dengan konsumsi 42 persen rumah tangga termiskin.

Jika kita menganalogikan ketimpangan dengan pertumbuhan, tergantung dari Return on Capital Employed-nya.

Ketimpangan di masyarakat yang sangat miskin kita ketahui sangat rendah karena pendapatan sebagian besar penduduk miskin hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, dan hanya ada sedikit kesenjangan ekonomi di antara masyarakat.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com