Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendag: Harga Beras Premum di 649 Pasar Tradisional Masih Belum Turun

Kompas.com - 04/03/2024, 19:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim mengungkapkan, berdasarkan pantauan yang dilakukan di 649 pasar tradisional menunjukkan bahwa harga beras premium belum turun pada pekan ini. 

Dia membeberkan berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri dari 3 wilayah regional yakni regional A yang meliputi Jawa, Sulawesi, Sumatera Selatan, Lampung, Bali dan NTB.

Kemudian regional B yakni Sumatera lainnya, Kalimantan, dan NTT. Sedangkan regional C yakni Maluku dan Papua.

“Berdasarkan harga Sistem Pantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) kami melihat di 649 pasar tradisional harga beras premium tinggi dari seluruh daerah yang di pantau memang belum ada terjadi penurunan harga,” ujarnya saat memberikan paparan di Rakor Bapanas “Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Ramadhan” di Jakarta, Senin (4/3/2024).

Baca juga: BI: Inflasi Pangan Sudah Lampaui Kenaikan UMR, Hampir Salip Kenaikan Gaji PNS

Lebih lanjut dia memaparkan, harga beras premium di Regional A tercatat Rp16.200 per kilogram (kg). Lalu, di Regional B Rp16.700 per kg dan di Regional C Rp18.800 per kg.

Adapun harga ecean tertinggi (HET) untuk beras premium adalah Rp 13.900 per kg. Artinya, harga ditiga regional tersebut telah melampaui harga HET.

Di sisi lain, Isy bilang untuk harga beras medium dari pantauan SP2KP sudah mengalami penurunan namun belum merata. Terutama di pasar inti yang menjadi pusat pasar beras.

“Di pasar induknya sudah mengalami penurunan memang belum sampai merambah kepada pasar-pasar tradisional yang terdiri di tingkat eceran,” ucapnya.

Baca juga: Mendagri Minta Kepala Daerah Jaga Ketersediaan Pangan Jelang Ramadhan

 


Sementara itu Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras akan mulai terkoreksi seiring dengan berjalannya panen yang harus mencapai kurang lebih 3,5 juta ton.

Sebab menurut dia angka itu cukup untuk memenuhi cadangan beras pemerintah dan stok jumlah konsumsi nasional yang mencapai 2,6 juta ton.

“Jadi kalau produksi kita bisa sampai segitu yah harga beras akan terkoreksi,” ungkapnya.

Adapun saat ini harga gabah saja lanjut Arief sudah mulai menunjukkan penurunan. Yang artinya apabila harga gabah turun, harga beras juga ikut turun.

Misalnya saja di Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Sragen, Ngawi, harga gabah rata-ratanya turun semula Rp 8.000 per kilogram menjadi Rp 7.040 per kilogram.

“Jadi kalau harga gabahnya Rp 8.000 harga beras dikalikan dua dan hari ini sudah mulai turun. Berarti harga beras secara otomatis akan terkoreksi jika harga gabah juga turun,” jelas Arief.

Baca juga: Stabilisasi Harga Pangan, Bapanas Minta Pemda Lakukan 3 Hal Ini

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com