Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
MINERAL TERLINDUNGI

Pakar: Brand Lokal Bisa Manfaatkan “Momen Emas” Gelombang Boikot Produk yang Terafiliasi dengan Israel

Kompas.com - 22/03/2024, 18:33 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Operasi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023 mendorong gelombang boikot atas produk perusahaan multinasional yang terafiliasi dengan negara tersebut.

Gelombang tersebut menjalar dari negara-negara Islam Timur Tengah hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan Palestina.

Dosen di Fakultas Komunikasi Pemasaran London School of Public Relations Safaruddin Husada menilai, gelombang boikot produk perusahaan multinasional yang terafiliasi dengan Israel bisa menjadi momentum emas bagi jenama lokal.

Jenama lokal, kata dia, berkesempatan mengomunikasikan keunggulan produknya dengan lebih leluasa untuk menggantikan produk yang diboikot tersebut.

Di samping itu, momentum itu juga bisa dipakai oleh jenama lokal untuk memosisikan diri sebagai produk nasional yang berkomitmen menjunjung nilai-nilai kemanusiaan universal.

"Sebenarnya, ini momen yang pas bagi merek lokal untuk menunjukkan ke publik kalau mereka berdiri di sisi yang benar. Jadi bukti juga bahwa mereka tidak memiliki keterkaitan apa pun yang sifatnya bisa melanggengkan penjajahan Israel atas Palestina," ujar Safaruddin melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/3/2024).

Baca juga: Starbucks Timur Tengah Akan PHK 2.000 Karyawan Buntut Aksi Boikot

Safaruddin menambahkan, kesadaran merek lokal Indonesia saat ini juga berkelindan dengan simpati konsumen atas derita yang dialami masyarakat Palestina.

"Kuncinya, merek yang berhasil mengomunikasikan reputasinya sebagai perusahaan bersih dari tindakan tak berperikemanusiaan seperti yang dipraktikkan Israel di Gaza hari-hari ini bakal mendapat tempat khusus di hati konsumen," jelasnya.

Pandangan serupa juga dilontarkan oleh dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Jaya, Algooth Putranto.

Bagi Algooth, masalah terbesar sejumlah merek perusahaan multinasional yang tengah didera gelombang boikot adalah ketidakterbukaan informasi terkait hubungan induk perusahaan di luar negeri dengan rezim Zionis Israel.

"Berbagai pernyataan dan penyangkalan dari sejumlah merek asing sejauh ini tampaknya tak berbekas. Sebab, konsumen juga sudah pintar dan bisa mencari sendiri informasi yang tersedia secara ekstensif di Internet. Mereka harusnya berani berterus terang terkait relasi induk (perusahaan) mereka dengan Israel. Kejujuran seperti itu yang ingin didengar konsumen," ucap Algooth.

Algooth pun menilai bahwa gelombang boikot atas produk dari perusahaan multinasional terafiliasi Israel dapat menjadi kesempatan bagi merek lokal agar bisa lebih leluasa dalam melakukan penetrasi pasar.

Instruksi MUI

Gelombang boikot terhadap produk multinasional terafiliasi dengan Israel diperkirakan akan membesar seiring instruksi (irsyadat) dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dalam instruksinya, MUI menyarankan konsumen muslim untuk berpantang terhadap produk apa pun yang diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan lokal ataupun internasional terafiliasi dengan Israel.

"MUI mendorong masyarakat menggunakan produk dalam negeri yang tidak terafiliasi dengan Israel dan pendukungnya," sebut pernyataan MUI pada Minggu (10/3/2024).

Baca juga: Jelang Ramadhan, MUI Ajak Umat Islam Boikot Produk Israel dan Afiliasinya

Menurut MUI, instruksi boikot tersebut merupakan sikap lembaga atas genosida di Gaza dan sekaligus untuk memperkuat fatwa MUI terkait penjajahan Israel atas Palestina.

Pada November 2023, MUI juga telah mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina.

Dalam fatwa tersebut, MUI merekomendasikan umat Islam untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel yang mendukung penjajahan dan zionisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com