JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus melakukan intervensi pasar uang sebagai upaya mendorong stabilitas nilai tukar rupiah, yang tengah tertekan hingga mendekati level Rp 16.300 per dollar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi Indonesia termasuk salah satu negara emerging market yang kuat dalam menghadapi dampak rambatan global akibat ketidakpastian penurunan Fed Fund Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
"Hal ini ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang pruden dan terkoordinasi erat," kata dia, dalam keterangannya, Jumat (19/4/2024).
Baca juga: Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 TriliunTriliun
“Kami terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan," ujarnya.
Pada saat bersamaan, BI akan melakukan pengelolaan aliran portfolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang “pro-market" dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang, mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah pada Jumat siang hari berada di level Rp 16.268 per dollar AS, atau melemah sekitar 0,55 persen.
Baca juga: Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI
Pelemahan rupiah selaras dengan indeks dollar AS yang kembali menguat, di mana hingga siang hari ini mencapai level 106,22.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, kuatnya data perekonomian Negeri Paman Sam menjadi pemicu penguatan indeks dollar AS.
Ia menyebutkan, data indeks manufaktur dan klaim tunjangan pengangguran yang lebih baik dari perkiraan menjadi bukti terbaru terjaganya perekonomian AS.