JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan pasokan gas bumi cukup untuk pasar domestik seiring dengan produksi gas yang mengalami peningkatan.
SKK Migas mencatat produksi gas di tahun 2023 meningkat 2,2 persen dibandingkan produksi gas tahun 2022.
"SKK Migas berkomitmen mengutamakan pasokan gas untuk kebutuhan domestik," ujar Kepala Divisi program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro dalam keterangannya dikutip Kamis (9/5/2024).
Baca juga: Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas
Hal ini ditunjang dengan sudah beroperasi atau onstream-nya proyek Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kemudian ada proyek gas besar yang akan onstream seperti Geng North di Kalimantan Timur, Abadi Masela di Maluku, Asap Kido Merah (AKM) di Papua Barat dan proyek lainnya.
Ditambah lagi dengan adanya penemuan-penemuan cadangan gas baru raksasa (giant discovery) seperti di wilayah Andaman.
Baca juga: SKK Migas Sebut RI Kehilangan 7.000 Barrel Minyak karena Banjir
SKK Migas mencatat, lifting (salur gas) per Maret 2024 mencapai 5.367,7 BBTUD (billion british thermal unit per day). Dari jumlah itu, sebanyak 4.109,6 BBTUD atau 77 persen dialokasikan untuk pasar domestik, sedangkan sisanya sebanyak 1.258,1 BBTUD atau 23 persen diekspor.
"Hal ini mencerminkan bahwa pasokan gas bumi untuk domestik dipastikan aman. Perbandingan pasokan antara ekspor dan domestik (dalam BBTUD)," kata dia.
Hudi menambahkan, produksi gas melebihi kebutuhan di dalam negeri sehingga dibutuhkan infrastruktur jaringan gas yang handal dan pasar yang memadai, karena kedepannya pasokan gas akan terus bertambah.