Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Kompas.com - 28/03/2024, 19:44 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Komersialisasi gas bumi di Indonesia ternyata lebih menantang ketimbang komersialisasi minyak bumi, menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Padahal, peran gas bumi dalam energi transisi saat ini makin menarik karena di Indonesia cadangan gas besar. Apalagi, lebih dari 50 persen penemuan lapangan yang ditemukan adalah lapangan gas dalam 1 dekade terakhir.

Hal itu disampaikan Rayendra Sidik, Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas dalam acara Diskusi Media Proses Komersialisasi Migas di Jakarta, Kamis (27/3/2024).

"Untuk gas, infrastruktur tidak tersedia lengkap di indonesia sehingga lebih challenging komersialisasinya," kata Rayendra.

"Kalau lapangan gasnya jauh dari pusat demand itu challenging. Oleh karena itu untuk gas harus ada demand atau buyer dulu baru lapangannya dikembangkan. Kalau minyak lebih mudah karena market ada di mana-mana," katanya.

Baca juga: Cadangan Gas RI Terbesar se-Asia Tenggara, tapi Tantangannya Monetisasinya Juga Banyak

Untuk itu perlu dikembangkan infrastruktur pipa atau pipeline untuk gas. Saat ini untuk pipa gas belum tersambung di 3 lokasi, yakni Cirebon-Semarang, Dumai-Sei Mangke dan menuju Batam.

Rayendra menambahkan, pekerjaan rumah untuk komersialisasi gas lainnya adalah LNG Plant. Hal ini karena penemuan gas banyak di timur Indonesia, tapi demand banyak di barat, sehingga butuh LNG plant.

Untuk menciptakan pasar gas bumi juga bukan pekerjaan rumah mudah. Sebab pemanfaatan gas bumi untuk domestik selama 10 tahun terakhir tidak alami peningkatan signifikan. Pemanfaatan gas di domestik terbesar yakni untuk kelistrikan dan petrokimia (pupuk).

Data SKK Migas menunjukkan, sampai 2023 pemaanfaatan gas bumi untuk industri sebesar 26,85 persen. Sementara pemanfaatan untuk city gas hanya 0,2 persen. Padahal, city gas penting karena bisa gantikan impor LPG.

Baca juga: Usai Penemuan Cadangan Gas Bumi Jumbo di Andaman, SKK Migas Targetkan 2028-2029 Sudah Produksi

Selanjutnya, kata Rayendra, pekerjaan rumah lain untuj komersialisasi gas bumi adalah pengembangan bahan turunannya, yakni amonia dan methanol.

"Dari amonia dan methanol itu nanti akan ada produk turunan lain hingga plastik, alat kendaraan bermotor, dan lainnya. Harapannya akan banyak pabrik amonia dan methanol ke depannya di Indonesia dengan temuan sumber gas bumi baru," ujarnya.

Ia menambahkan, total lifting gas bumi sampai November 2023 sebesar 5.529 BBTUD. Sedangkan visi SKK Migas produksi minyak 1 juta BPOD, produksi gas 12.000 MMSCFD hingga 2030.

Baca juga: Transisi Energi Berpotensi Buka 3,2 Juta Lapangan Pekerjaan Baru

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com