Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cadangan Gas RI Terbesar se-Asia Tenggara, tapi Tantangannya Monetisasinya Juga Banyak

Kompas.com - 25/01/2024, 08:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Rystad Energy, diperkirakan Indonesia memiliki sumber daya gas lebih dari 100 trillion cubic feet (TCF). Volume ini mewakili hampir separuh dari total sumber daya gas di Asia Tenggara.

Namun, potensi sumberdaya yang besar saja tidak cukup karena tantangan sebenarnya adalah bagaimana monetisasi sumberdaya dapat segera dilakukan.

Sofwan Hadi, Country Head Indonesia Rystad Energy mengatakan, untuk mengoptimalkan cadangan gas Indonesia, khususnya bagi KKKS, memiliki tantangan yang kompleks.

"Sebagian besar potensi gas belum diproduksikan lantaran berada di wilayah deepwater serta memiliki kandungan CO2 tinggi,” ujar Sofwan melalui keterangannya, Rabu (24/1/2024).

Seperti diketahui pada akhir 2023 lalu ada penemuan sumber daya gas bumi "jumbo" di Wilayah Kerja South Andaman serta Geng North. Temuan ini diharapkan mampu berperan menjadi penyedia energi di dunia serta menarik investasi ke Indonesia.

Menurut Sofwan, prioritas utama saat ini memastikan bahwa Indonesia
tetap menjadi tujuan investasi investor global.

Untuk itu, salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menciptakan kebijakan yang tepat demi mengantisipasi kebutuhan energi di masa depan, sekaligus memenuhi kebutuhan saat ini, khususnya dalam rangka menghadirkan energi rendah karbon.

“Strategi untuk memaksimalkan cadangan ini harus bertahap. Dalam jangka pendek, kita perlu fokus untuk menjalankan kembali proyek?proyek gas yang tertunda karena tantangan pada Mergers and Acquisition(M&A) dan keterbatasan keuangan,” ujar Sofwan.

Baca juga: Soal Gas Jumbo di South Andaman, SKK Migas Berharap Produksi Dipercepat

Tantangan kebijakan low carbon, harga gas dan insentif

Dalam jangka menengah, lanjut Sofwan, pengembangan Blok Masela dan IDD menjadi sangat penting. Namun, masalah harga gas juga jadi salah satu faktor penentu kesuksesan pengembangan kedua blok tersebut.

“Tantangan berikutnya adalah penyesuaian dengan kebijakan low-carbon dan meningkatkan daya tarik fiskal proyek-proyek ini serta tidak lupa juga ketersediaan infrastruktur,” katanya.

Sofwan menjelaskan, pengembangan infrastruktur dan hub penting untuk
mengeksploitasi penemuan pada deepwater.

Selain itu, penyesuaian kebijakan penetapan harga gas domestik dan memastikan peningkatan demand gas yang stabil juga sangat penting.

“Sejalan dengan itu, kita harus memberikan prioritas untuk lebih mempromosikan potensi
eksplorasi di Indonesia pada perusahaan migas internasional,” katanya.

Menurut dia, insentif diperlukan untuk bisa memastikan keekonomian
proyek migas ke depan.

Rystad Energy menilai pendekatan Indonesia terhadap insentif fiskal telah cukup efektif. Pengenalan Simplified Gross Split PSC menjadi bukti dedikasi pemerintah untuk membuat proyek migas yang ada saat ini lebih menarik.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com