Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Melaju, Rupiah Koreksi Tipis-tipis

Kompas.com - 06/06/2024, 09:47 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju positif pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (6/6/2024). Hal ini berbeda dengan mata uang garuda yang melemah dalam pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 9.12 WIB, IHSG berada di zona hijau pada level 7.010,89 atau naik 63,22 poin (0,91 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.947,67.

Sebanyak 245 saham melaju di zona hijau dan 118 saham di zona merah. Sedangkan 175 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 847,5 miliar dengan volume 2,6 juta saham.

Direktur Pilarmas Investindo Maximiliaus Nicodemus mengatakan, tidak mudah memang untuk mendorong kenaikkan bagi IHSG, karena meskipun berbagai data dari luar negeri mendukung untuk kenaikkan, ternyata berbagai gossip miring membuat IHSG justru terjerembap hingga -2.14 persen.

Baca juga: Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Lantas apakah ini artinya IHSG tidak mampu mengalami kenaikkan? Pelemahan IHSG juga ternyata mendorong pelemahan bagi pasar obligasi, sehingga keduanya tampak sedang mencari alasan mengapa penguatan dibutuhkan. Level psikologis IHSG berada di 7.000, dan lagi lagi IHSG ditutup dibawah itu dengan level 6.947 ?

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 6.885 – 7.000. Potensi koreksi masih terbuka,” kata Maximiliaus.?

Bursa Asia mayoritas bergerak di zona hijau, dengan kenaikan Nikkei 1,16 persen (447,4 poin) ke level 38.937,6, Strait Times bertambah 0,36 persen (12 poin) ke level 3.342,01, dan Hang Seng Hong Kong menguat 0,72 persen (133,51 poin) ke level 18.558,48. Sementara itu, Shanghai Komposit terkoreksi 0,15 persen atau 4,6 poin ke level 3.060,7.

Baca juga: IHSG Alami Koreksi 2,14 Persen ke Level 6.947,67, Rupiah Turun 66 Poin

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 9.14 WIB rupiah berada pada level Rp 16.288 per dollar AS atau turun 2 poin (0,01 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.286 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah mengalami tekanan karena data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls versi ADP bulan Mei menunjukkan penambahan di bawah ekspektasi pasar. Selain itu ketidakpastian ekonomi karena konflik yang masih terjadi di Timur Tengah dan Ukraina juga membantu penguatan dollar AS sebagai salah satu aset aman.

“Secara keseluruhan, rupiah masih mengalami tekanan terhadap dollar AS, karena keraguan pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan AS belakangan ini setelah komentar petinggi the Fed dan notulen rapat moneter AS yang terakhir masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Ariston memperkirakan rupiah akan menguat ke arah Rp 16.230, dengan potensi resisten di kisaran Rp 16.300 per dollar AS.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com