JAKARTA, KOMPAS.com - Pada April 2024 lalu, proses halving bitcoin terjadi, mengurangi jumlah koin baru yang ditambang menjadi setengahnya.
Langkah ini menegaskan status bitcoin sebagai aset dengan tingkat inflasi tahunan yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan dengan emas.
Dikutip dari Nasdaq, Kamis (6/6/2024), halving bitcoin, yang terjadi setiap empat tahun, adalah momen penting dalam siklus aset kripto tersebut.
Baca juga: Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI
Pada setiap halving, jumlah bitcoin baru yang masuk ke pasar berkurang separuhnya. Hal ini membuat Bitcoin semakin langka dari waktu ke waktu.
Sejak halving terakhir, hadiah blok Bitcoin turun drastis, menambah daya tariknya sebagai aset yang sangat terbatas.
Salah satu aspek paling berharga dari bitcoin adalah batas suplai tetapnya yang hanya 21 juta koin. Hal ini memastikan tingkat inflasi yang telah ditentukan sebelumnya dan tertanam dalam perangkat lunaknya.
Seiring waktu, kelangkaan bitcoin semakin dihargai oleh para investor dan pelaku pasar. Hal ini kontras dengan mata uang fiat seperti dollar AS, yang terus kehilangan daya belinya seiring dengan peningkatan suplai uang oleh pemerintah.
Baca juga: Bitget Ajak Komunitas Kripto di Asia Tenggara Rayakan Hari Pizza Bitcoin
Sejarah menunjukkan bahwa halving sering kali menjadi pemicu lonjakan harga Bitcoin. Dalam beberapa bulan sebelum dan setelah halving, harga bitcoin biasanya naik signifikan.
Hal ini terjadi karena permintaan yang terus meningkat untuk aset yang memiliki suplai tetap.
Selama halving terakhir pada tahun 2020, harga bitcoin mengalami kenaikan sebelum maupun setelah peristiwa tersebut.