Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rifda Naufalin
Dosen

Prof. Dr. Rifda Naufalin, S.P., M.Si. Lahir di Kudus pada 1970. Pendidikan kesarjanaan diselesaikan di Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Berkesempatan studi S2 di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bidang Ilmu Pangan. Gelar Doktor diperoleh dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (2002-2005) bidang Ilmu Pangan. Bekerja sebagai staff pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sejak tahun 1995 hingga sekarang. Mengajar beberapa mata kuliah, yakni Kimia Pangan, Mikrobiologi Dasar, Mikrobiologi Pangan, Analisis Pangan, dan Manajemen Mutu Keamanan Pangan.

Transmisi Kebijakan Moneter dan Makroprudensial pada Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 07/06/2024, 12:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANK Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Mempertahankan stabilitas nilai Rupiah adalah tujuan pokok dari kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia.

Kestabilan nilai Rupiah, yang mencakup menjaga inflasi pada tingkat rendah dan stabil, serta menjaga nilai tukar Rupiah yang seimbang, menjadi kunci bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

BI telah menjalankan kerangka kebijakan moneter yang dikenal dengan sebutan Inflation Targeting Framework (ITF) sejak 1 Juli 2005.

Selama periode ini, BI terus meningkatkan kebijakan moneter guna memperkuat efektivitasnya.

Kebijakan moneter BI yang proaktif dan berorientasi masa depan, bersama dengan kerja sama erat dalam pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, telah memberikan dampak positif dalam menurunkan tingkat inflasi.

Terjadi penurunan inflasi dari 0,74 persen pada Maret 2024 menjadi 0,59 persen pada April 2024, lalu berlanjut menjadi 0,43 persen pada Mei 2024.

Selain menjaga stabilitas harga, BI juga mengembangkan pertumbuhan kredit serta pembiayaan inklusif dan berkelanjutan dapat terjaga.

BI memperhatikan risiko yang muncul dari hubungan makroekonomi dengan sistem keuangan dan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 yaitu 4,7-5,5 persen.

Untuk mengatasi hal ini, BI merumuskan kebijakan makroprudensial yang bertujuan menjaga stabilitas sistem keuangan.

Dengan diperkenalkannya kebijakan makroprudensial, BI mengintegrasikan berbagai kebijakan dalam apa yang mereka sebut sebagai "Bauran Kebijakan Bank Indonesia."

Bank Indonesia melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif di 2024 meliputi mendorong pertumbuhan kredit, menjaga ketahanan sistem keuangan dan mendorong keuangan inklusif dan hijau.

Bank Indonesia (BI) terus memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan.

Pendekatan yang diambil oleh BI adalah mengutamakan stabilitas melalui kebijakan moneter, disertai mendorong pertumbuhan melalui berbagai langkah, seperti kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, meningkatkan kedalaman pasar keuangan, dan melaksanakan program ekonomi-keuangan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan.

Kebijakan moneter akan tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas (pro-stability), sedangkan kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta program ekonomi-keuangan inklusif dan hijau terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan (pro-growth).

BI juga memberlakukan peningkatan insentif kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan. Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan RT.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com