Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Kamu Termasuk Milenial yang Ogah Investasi?

Tapi nyatanya, jumlah investor dari kalangan milenial masih relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah generasi sebelumnya. Padahal investasi dapat dijadikan sebagai modal untuk membiayai hidup di hari tua nanti.

Lalu, apakah kamu termasuk milenial yang ogah atau enggan investasi? Jika ya, mungkin karena beberapa hal berikut ini seperti dikutip dari Cermati.com.

1. Acuh Tak Acuh dengan Manfaat Investasi

Milenial memang dikenal dengan sikap acuh tak acuh, terutama soal urusan investasi meski sejatinya itu untuk kepentingan masa depannya nanti. Hal ini bisa dibuktikan dari minimnya keikutsertaan milenial dalam aktivitas investasi.

Umur dan jenjang karier yang masih panjang membuat milenial sering menunda-nunda keinginan segera berinvestasi. Padahal rentang usia yang masih muda menjadi waktu yang tepat untuk ikut investasi karena arus pengeluaran masih sedikit. 

Semakin dini investasi dilakukan, makin besar pula hasil yang akan diperoleh. Kondisi ini menjadi suatu keuntungan tersendiri kalau kamu mau menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli produk investasi.

2. Kurang Paham Bahkan Malas Cari Tahu Terhadap Bentuk Investasi

Produk investasi bukan hanya saham, tapi juga deposito, reksadana, obligasi, valuta asing, properti, emas, bahkan barang-barang branded sekalipun masuk dalam kategori produk investasi.

Setiap produk investasi memberikan keuntungan dan tingkat risiko masing-masing. Keuntungan dan risiko bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi untuk memaksimalkan jumlah keuntungan.

Agar semakin paham, milenial perlu mempelajari ilmu dasar mengenai investasi melalui artikel, seminar, atau workshop. Ilmu yang diperoleh bisa dijadikan sebagai modal untuk terjun langsung dalam dunia investasi.

3. Terbiasa Hanya Sekadar Ikut-ikutan Tren yang Sedang ‘Hits’

Ketika diajak untuk berinvestasi, umumnya milenial menolak ajakan tersebut. Sebagai gantinya, mereka memilih untuk membuka usaha, baik usaha kuliner, desain, dan lain-lain. 

Tapi, ketika ditanya mengenai konsep dari usaha yang ingin dijalankan, banyak di antara mereka yang diam dan tak bisa menjawab. Dapat disimpulkan kalau keinginan untuk membuka usaha hanya sekadar ikut-ikutan karena hits atau kekinian. 

Tentu saja, untuk mencapai kata sukses, milenial tidak boleh sekadar ikut-ikutan. Melainkan harus independen dan mampu berpikir out of the box.

Akan lebih baik kalau milenial mengedepankan investasi dahulu. Jika sudah mendapat untung, baru membuka usaha untuk meningkatkan pendapatan pasif.

4. Selalu Gegabah, Tidak Pikir Panjang saat Membelanjakan Uang

Belanja, nongkrong, dan travelling jadi kegiatan yang tidak bisa dihilangkan dalam bucket list anak muda. Belum lagi ditambah godaan duniawi lain, seperti pesta atau sekadar kongko bersama teman-teman.

Kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan finansial sebaiknya harus dihindari atau dikurangi. Kemudian digantikan dengan aktivitas investasi yang memberikan banyak keuntungan. Misal, investasi rumah karena harga rumah semakin hari makin mahal.

Sebelum membeli sesuatu, coba pikirkan manfaat dari barang yang dibeli. Lalu, bandingkan dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Cara ini akan membantu milenial untuk terlepas dari jeratan gaya hidup konsumtif yang berdampak negatif bagi kondisi finansial.

5. Menyamakan Investasi Sama seperti Tabungan

Keuntungan yang diperoleh dari tabungan tidak sama seperti keuntungan investasi. Untuk itu, milenial tidak boleh menyamakan aktivitas menabung dan investasi.

Sebab, tren keuntungan investasi terus bergerak setiap menit bahkan setiap detik. Misalnya, harga saham A pukul 10.00 pagi ada di angka Rp1.000 per lembar, namun pada pukul 10:15 berubah menjadi Rp1.095 karena laju jual-beli saham yang sangat aktif. 

Mengingat risiko saat investasi cukup besar, milenial perlu mempelajari strategi investasi yang baik untuk memperoleh dividen yang menguntungkan.

6. Jumlah Gaji yang Pas-pasan

Modal yang dibutuhkan untuk investasi tidak sebesar apa yang dipikirkan. Bahkan dengan modal Rp100 ribu saja, sekarang ini sudah bisa membeli saham di perusahaan ternama dalam jumlah 2 – 3 lot.

Atau, bisa membeli reksadana yang dikelola oleh sekuritas tertentu. Jadi, jumlah penghasilan minim bukan alasan yang dapat menghambat keinginan untuk berinvestasi.

Intinya adalah mau atau tidak. Apabila milenial bersedia menyisihkan gaji sebesar Rp100 ribu saja per bulan, maka jumlah uang yang diinvestasikan pasti bertambah. Jika tidak, maka keinginan untuk menyejahterakan finansial hanya akan sebatas mimpi.

7. Selalu Saja Ingin Sesuatu yang Serba Instan

Sebelum memanen padi, petani harus melewati berbagai proses, seperti menanam, menyiangi, dan menunggu selama berbulan-bulan hingga padi menguning. Proses seperti ini juga berlaku dalam kegiatan investasi.

Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar nilai aset yang diinvestasikan naik. Jadi, tidak ada sesuatu yang diperoleh secara instan. Semuanya membutuhkan proses yang cukup panjang. 

Jika ingin kaya raya, generasi milenial harus memulai investasi sejak usia dini untuk memperoleh hasil maksimal di usia 40-an atau 50-an nanti.

Pahami Pentingnya Merencanakan Investasi sejak Dini

Investasi sangat penting untuk menjamin kehidupan di hari tua. Itulah sebabnya kenapa berinvestasi sejak muda perlu dilakukan agar kondisi finansial semakin membaik dan menjamin masa depan yang mapan. Pelajari keuntungan dan kerugian dari produk investasi yang dipilih untuk mendapatkan satu produk investasi yang dapat memberi hasil maksimal.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

https://money.kompas.com/read/2019/03/02/080000926/apakah-kamu-termasuk-milenial-yang-ogah-investasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke