JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebut, kemampuan daya beli masyarakat masih memengaruhi perkembangan energi di Indonesia. Kemampuan daya beli yang bervariasi menjadi tantangan yang besar bagi pemerintah.
"Kita ini bangsa besar, ada 17.000 pulau. Disparitas atau kemampuan daya beli masyarakat sangat bervariasi. Ada yang mampu, ada pulau yang tidak. Ini suatu tantangan yang besar bagi pemerintah, khususnya saya," kata Jonan di SCBD Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Menurutnya, hal ini terlihat dari beberapa sektor seperti kelistrikan dan migas. Di daerah seperti Jawa Timur, masih banyak warga yang tidak mampu memasang sambungan listrik untuk rumah tangga.
Padahal, biaya sambungan listrik hanya berkisar Rp 150.000 sampai Rp 550.000.
"Enggak usah jauh-jauh. Di Jawa saja daya beli masyarakatnya rendah apalagi yang di luar pulau. Belum lama saya dapat laporan di Banten masih ada 100 rumah yang listriknya menumpang ke rumah tetangga," kata Jonan.
"Nah ini harus kita perhatikan. Pemerintah maunya memperhatikan semua rakyat dalam daya belinya. Rakyat yang bagaimana? Semua rakyat harus diperhatikan," lanjutnya.
Untuk itu, imbuh Jonan, pemerintah akan memanfaatkan sektor lain termasuk migas untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Di sisi lain, di tengah gejolak ekonomi global yang kurang menguntungkan, sektor energi masih mencatat hasil positif dengan menyumbang lebih dari separuh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 217,5 triliun, atau 181 persen dari target APBN pada 2018 lalu.
https://money.kompas.com/read/2019/04/02/140910626/jonan-sebut-tantangan-perkembangan-energi-masih-soal-daya-beli