Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BCA Beberkan Cerita di Balik Akuisisi Bank Royal

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk sedang dalam proses mengakuisisi Bank Royal dengan jumlah saham sebanyak 2.872.000 saham. Nilai transaksinya mencapai Rp 1 triliun.

Presiden Direktur Jahja Setiaatmadja mengatakan, akuisisi tersebut memiliki cerita yang cukup panjang dan pertimbangan yang matang. Beberapa tahun sebelumnya, regulator mengemukakan agar dilakukan konsolidasi dengan bank lain.

Sebab, di Indonesia terdapat banyak bank sehingga dirasa perlu ada konsolidasi perbankan.

"Maka kita mikir, gayung bersambut. Karena saat itu kita mikir BCA kayak kapal induk besar, geraknya agak susah. Di lain sisi, digital banking tengah berkembang pesat," ujar Jahja di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Kemudian, saat itu, aplikasi fintech juga mulai bermunculan di Indonesia. Oleh karena itu, BCA saat itu berpikir pentingnya membuat digital bank.

Apalagi di luar negeri, digital bank berkembang pesat. Oleh karena itu, BCA menganggap perlu berkonsolidasi dan mengakuisisi bank lain untuk diarahkan menjadi digital bank.

"Dalam pertimbangan internal, kita mantap menjadikan digital bank dan dikembangkan di luar BCA," kata Jahja.

Jahja mengatakan, BCA ingin digital bank tersebut menjadi opsi bagi nasabah. Sehingga nasabah lama tak dipaksakan untuk bergabung ke bank digital, begitu pula dengan calon nasabah yang memiliki opsi untuk bergabung di perbankan.

Sebelum sepakat dengan konsep digital bank, tim IT BCA terus mempelajari perkembangan teknologi dan menerapkannya dalam aplikasi BCA. Ternyata, sambutannya sangat baik.

Di aplikasi mobile, BCA menyediakan fitur keyboard khusus yang akan menghubungkan langsung ke aplikasi dan juga ada metode pembayaran menggunakan kode QR.

"Kita sadari digialisasi tidak harus di platform baru, tapi juga bisa platform lama. Bisa buat efisiensi juga," jelas Jahja.

Dengan demikian, ada dua keuntungan yang bisa didapatkan baik untuk BCA maupun nasabah dengan mengakuisisi bank untuk dijadikan digital bank. Bagi nasabah, ke depannya semakin mendapatkan fitur dan produk digital yang semakin bagus.

Di sisi lain, dari segi biaya, belanja perusahaan akan lebih murah.

Selanjutnya, mulailah pencarian bank yang cocok dengan kriteria BCA. Jahja mengakui bukan hal mudah mencari bank yang cocok untuk dijadikan embrio digital bank mereka.

Meski bank tersebut skalanya kecil, namun mereka masih percaya diri karena banyak tawaran dari bank asing. Diketahui, Indonesia menjadi salah satu pasar favorit bank asing dari negara-negara yang berkembang pesat.

Bank asing tersebut, kata Jahja, berani menawarkan harga tinggi ke bank-bank kecil untuk merebut mereka untuk dimanfaatkan jaringannya.

"Yang punya bank kecil, bank buku 1 yang mau jual ada. Tapi tidak terlalu banyak. Mereka bisa mintanya di atas 3 sampai 5 (juta saham)," kata Jahja.

Akhirnya, BCA memilih Bank Royal. Kebetulan, kata dia, pemiliknya merupakan nasabah BCA dan memiliki perusahaan besi baja.

Berdasarkan perjanjian para pembeli akan membeli sebanyak 2.872.000 saham Bank Royal senilai Rp 1 triliun. Menurut Jahja, angka tersebut masuk akal mengingat bank-bank kecil teraebut banyak diincar bank asing dengan harga lebih tinggi.

"Kita harapkan ini akan menambah value added bagi Indonesia ke depan," kata Jahja.

https://money.kompas.com/read/2019/04/26/060000226/bca-beberkan-cerita-di-balik-akuisisi-bank-royal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke