Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Kompas.com - 25/04/2024, 19:08 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN memberikan kabar terbaru soal akuisisi yang dilakukan unit usaha syariah (UUS) atau BTN Syariah terhadap PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Saat ini BTN mengaku proses akuisisi tersebut masih berada di dalam tahap uji tuntas atau due diligent terhadap Bank Muamalat.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu semula menargetkan proses uji tuntas tersebut dapat selesai pada April 2024, tetapi hasil dari uji tersebut mengalami keterlambatan.

Baca juga: BTN Posisi Ketiga Tempat Kerja Terbaik di RI untuk Pengembangan Karier

Ilustrasi kantor cabang PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. SHUTTERSTOCK/SETYA HERY KURNIAWAN Ilustrasi kantor cabang PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

"Masih belum selesai, ada keterlambatan data yang kami terima sehingga Kantor Akuntan Publik (KAP) mengumpulkan datanya kelamaan, ada kemoloran jadi belum selesai," kata dia dalam konferensi pers paparan kinerja per 31 Maret 2024, Kamis (25/4/2024).

Ia menambahkan, data yang terlambat atau paling lama dikumpulkan adalah data soal perkreditan.

"Jadi kami belum bisa ambil keputusan karena kami, datanya belum selesai," imbuh dia.

Terkait dana yang akan digunakan utuk akuisisi, ia bilang, BTN Syariah telah memiliki semacam dana ekuitas yang dicatat sebagai RAK Kantor. Hal ini lantaran perusahaan tersebut belum berdiri sendiri.

Baca juga: Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat, OJK: Perlu Waktu

"Itu ada di sana duitnya sekitar Rp 6 triliun," ujar dia.

Meskipun demikian, jumlah uang yang digunakan untuk akuisisi belum dapat dipastikan.

"Belum tahu, kan belum tentu dipakai semua buat itu juga. Kami juga pilih pasti yang paling murah," tandas dia.

Sebagai informasi, merger BTN Syariah dan Bank Muamalat ini menjadi salah satu aksi korporasi perbankan yang paling dinantikan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com