Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menakar Kerugian akibat Padamnya Setrum PLN...

Jaringan telekomunikasi terputus, angkutan massal seperti Kereta Rel Listrik (Jabodetabek) hingga MRT pun sempat tidak bisa beroperasi karena tidak ada pasokan listrik pada Minggu (5/8/2019).

Padamnya listrik di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten terjadi lebih dari 7 jam. Bahkan ada yang lebih dari 30 jam lebih seperti terjadi di daerah Tangerang, Banten.

Selama ini, ketiga provinsi yang terdampak padamnya listrik dikenal sebagai jantung ekonomi Jawa. Diperkirakan terjadi kerugian ekonomi yang tidak sedikit akibat padamnya listrik tersebut.

"Kalau dibilang merugikan sudah pasti merugikan (ekonomi)," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Senin (5/8/2019).

Meski begitu Darmin enggan menerka seberapa besar kerugian yang terjadi, termasuk dampak kejadian ini terhadap minat investasi para pelaku bisnis.

Ia hanya berharap kejadian listrik padam dalam skala wilayah yang luas seperti ini tidak lagi terjadi dikemudian hari karena punya imbas kepada ekonomi masyarakat.

Sejumlah pelaku usaha sendiri sudah  angkat bicara ihwal kerugian akibat padamnya listrik tersebut.

Pukul peritel

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan, anggota mereka mengalami kerugian materil akibat pemadaman listrik serentak di sebagian Jawa pada Minggu (4/8/2019).

Sebagian peritel yang memilih tetap buka harus menanggung beban biaya yang membengkak karena harus mengisi cadangan bahan bakar genset agar tahan untuk waktu tertentu.

Sementara itu sebagian peritel yang tokonya tidak dilengkapi genset terpaksa harus menutup tokonya lebih awal sebelum jam normal operasional.

Aprindo mencatat potensi kerugian anggota akibat kejadian tersebut mencapai Rp 90 miliar -Rp 100 miliar setiap enam jam padamnya listrik. Artinya bila listrik padam mencapai 12 jam, maka kerugian bisa dua kali lipat.

“Kalau kemarin saja mulai pukul 11.50 WIB hingga pukul 22.00 WIB atau jam normal operasional gerai berakhir, sementara listrik masih padam, bisa dikalikan berapa kerugian yang kami derita,” ujar Ketua Umum A[rindo Roy Mandey dalam keterangan tertulisnya.

Omzet UMKM ambruk

Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) turut terdampak padamnya listrik serentak di sebagian wilayah di Jawa.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengungkapkan, omzet UMKM ambuk hingga 75 persen akibat hal itu.

"Harusnya hari Minggu mereka panen ibarat kata itu waktu ramai kan dan waktunya keluarga cari makan dan seterusnya itu jadi omzet turun 75  persen," sambung dia.

Para pelaku UMKM juga mengalami kerugian terutama bagi pelaku usaha yang menggunakan pendingin atau freezer untuk bahan makannya.

"Itu makanannya rusak tidak bisa terpakai lagi. Itu kan 10 jam lebih, gitu. Jadi sangat merugikan," kata dia.

Saat ditanya berapa estimasi kerugian UMKM akibat padamnya listrik, Ikhsan menyebut angkanya bisa mencapai triliunan rupiah.

Hal ini lantaran banyaknya jumlah UMKM dibeberapa wilayah yang terdampak, terutama di Jakarta dan Jawa Barat.

Pelaku UMKM meminta tiga hal kepada PLN akibat padamnya listrik serentak di sebagian wilayah Jawa. Pertama, memperpanjang waktu bayar listrik pada bulan ini.

Kedua, meminta PLN memberikan diskon tarif listrik. Hal ini dinilai sebagai kompensasi ideal bagi pelaku UMKM yang merugi akibat pemahaman listrik.

Ketiga, pelaku UMKM meminta PLN berbenah diri, terutama dalam hal operasional. PLN diminta punya backup system sehingga kejadian seperti ini tidak terulang.

Kompensasi Rp 1 triliun

Selain merugikan pelanggan, padamnya listrik bisa juga membuat perusahaan setrum BUMN itu harus menelan kerugian.

Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Djoko Rahardjo Abumanan menyebut potensi opportunity lost PLN bisa lebih dari Rp 90 miliar.

Perkiraan tersebut hilangnya 9.000 MW saat listrik padam. Biasanya beban listrik 22.000 MW, namun akibat listik padam, bebannya hanya 13.000 MW.

Menurut dia, potensi kerugian itu dihitung dari jumlah daya yang hilang dikali dengan lama durasi dan harga tarif listrik.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan PLN akan memberikan kompensasi kepada pelanggan yang terdampak pemandaman listrik.

Besaran kompensasi yang akan diberikan PLN tersebut sekitar Rp 1 triliun. Angka ini mencuat berdasarkan hasil hitung-hitungan  manajemen PLN.

Rencana kompensasi tersebut akan diberikan kepada pelanggan secara menyeluruh baik kalangan industri maupun rumah tangga.

Sementara terkait skemanya, kompensasi bisa disalurkan melalui pembayaran listrik berupa prabayar maupun pascabayar kepada masyarakat yang terdampak.

Adapun Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, kompensasi bisa bervariasi yaitu 35 persen dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan yang dikenakan penyesuaian tarif.

Atau kompensasi 20 persen untuk konsumen pada golongan yang tidak dikenakan penyesuaian tarif.

Angka-angka yang muncul di atas mungkin masih dalam takaran perkiraan, namun yang jelas dampak padamnya listrik akibat gangguan pada sisi transmisi di Ungaran dan Pemalang tidak kecil.

Seperti kata Menko Darmin, diharapkan peristiwa padamnya listrik dalam skala wilayah yang luas tidak terjadi lagi karena akan merugikan banyak pihak termasuk PLN. Jadi saatnya berbenah diri, PLN.

https://money.kompas.com/read/2019/08/06/124200526/menakar-kerugian-akibat-padamnya-setrum-pln-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke