Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tren Suku Bunga Rendah, Pasar Saham dan Obligasi Makin Menarik

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada bulan Juli lalu, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate/BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi sebesar 5,75 persen.

Sebelumnya, selama setengah tahun terakhir, bank sentral memutuskan untuk menahan suku bunga di kisaran 6 persen.

BI pun diprediksi bakal kembali menurunkan suku bunganya seiring dengan tren penurunan suku bunga oleh bank sentral global.

Director and Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan, penurunan suku bunga acuan tersebut memerbaiki kinerja pasar saham dan obligasi dalam negeri. 

Ditambah lagi, peringkat utang Indonesia terus mengalami perbaikan secara konsisten.

"Daya tarik pasar saham dan obligasi Indonesia semakin meningkat. Penurunan suku bunga yang disertai dengan kenaikan peringkat utang Indonesia yang konsisten dalam dua tahun terakhir membuat Indonesia menjadi destinasi investasi yang menarik, khususnya di pasar obligasi," ujar Ezra di Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Terakhir, Standard and Poor's (S&P) pada Mei 2019 lalu memutuskan untuk menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB/stable.

Pertimbangannya adalah prospek pertumbuhanekonomi Indonesia dan dinamika keuangan yang kuat, serta didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kondisi fiskal yang terkelola.

Langkah S&P tersebut mengikuti Fitch dan Moody's yang masing-masing juga telah meningkatkan peringkat utang Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 lalu.

Adapun di beberapa negara lain, seperti Brazil, Turki dan Meksiko justru mengalami tren penurunan peringkat utang.

Ezra mengatakan, berbagai indikator tersebut membuat Indonesia menawarkan imbal hasil yang cukup tinggi di pasar obligasi.

"Kami memperkirakan, hingga akhir 2019, yield obligasi pemerintah Indonesia untuk tenor 10 tahun akan berada di kisaran 6,5 persen hingga 7 persen," jelas Ezra. 

Sementara di pasar saham, Chief Economist and Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan mengatakan, salah satu faktor yang bakal mendorong perbaikan adalah penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

Jika dilihat secara historis, dalam 245 hari (rata-rata jumlah hari perdagangan saham dalam setahun) setelah penurunan suku bunga The Fed pada tahun 1989, 1995, 1998, 2001, dan 2007, pasar saham Asia menunjukkan kinerja yang lebih tinggi secara rata-rata jika dibandingkan dengan pasar saham ASm (Indeks S&P 500), yaitu 19,9 persen dibanding 6,7 persen.

Dari segi sentimen domestik, berkurangnya tensi gejolak politik dan harapan akselerasi reformasi kebijakan bakal mendorong penguatan di pasar saham Indonesia.

Beberapa faktor lain yang bakal memengaruhi penguatan pasar saham Indonesia adalah pemangkasan lanjutan suku bunga BI yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, juga pembentukan kabinet baru yang solid terutama di bidang ekonomi.

"Ini dapat mempercepat reformasi kebijakan khususnya di bidang energi dan industri yang penting untuk memerbaiki neraca pembayaran," jelas Katarina.

https://money.kompas.com/read/2019/08/20/174824326/tren-suku-bunga-rendah-pasar-saham-dan-obligasi-makin-menarik

Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke