Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kemenperin Akui Harga Gas untuk Industri Tak Kompetitif

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VI DPR RI, Lamhot Sinaga mempersoalkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi terhadap industri.

Pasalnya, harga gas tersebut tidak sesuai yang ditawarkan sebesar 6 dollar AS.

"Ada peraturan presiden pada Nomor 40 Tahun 2016 bahwa mengamanatkan penjualan gas untuk industri paling maksimum adalah 6 dollar AS, tetapi kenyataannya tidak seperti itu," ujarnya di Ruang Rapat Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (16/12/2019).

Politisi dari Partai Golkar tersebut justru menyebut, harga gas Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain se-ASEAN.

Oleh sebab itu, wajar jika industri di Indonesia terhambat pertumbuhannya. Salah satunya PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang sulit memproduksi baja/besinya akibat harga gas yang tak sesuai dan membebani biaya perusahaan.

"Gas yang paling tertinggi di ASEAN adalah Indonesia sekitar 9-11 dollar AS, tidak ada yang mau beli. Saya melihat tidak ada kebijakan afirmatif terhadap industri baja," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat transportasi, dan Elektronik Kemenperin, Harjanto menjelaskan, ada tiga faktor yang membuat industri di Indonesia sulit berkompetisi.

"Yang membuat industri kita tidak kompetitif, dari segi eksternal adalah harga energi (gas), lingkungan yang berasal dari limbah B3, dan logistic cost. Sementara, faktor internalnya karena mesin kita sudah lama," ungkapnya.

Persoalan lain dari gas, yaitu sulitnya mendapatkan energi tersebut meski harganya sesuai dengan biaya perseroan.

"Mendapatkan harga gas 6 dollar AS, tetapi pada faktanya mendapatkan harganya sesuai tetapi barangnya tidak ada," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2019/12/16/201900726/kemenperin-akui-harga-gas-untuk-industri-tak-kompetitif

Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke