Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Sri Mulyani Hampir Menitikkan Air Mata Bermonolog pada Hari Ibu...

Di dalam acara tersebut, hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Tak sekadar menjadi pembicara seperti di acara-acara lain, Sri Mulyani melakukan aksi monolog pada perayaan itu.

Dalam monolognya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengajak perempuan untuk berani dan lantang menyuarakan perlawanan terhadap pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan.

Selain itu, dia juga mengatakan pentingnya peran ibu dan keluarga sehingga perempuan bisa lebih terbuka mengenai pengalaman baik maupun buruk yang dia rasakan.

Pasalnya, selama ini nilai-nilai sosial di masyarakat kerap menjadi pembatas bagi perempuan untuk bisa berbicara ketika mengalami pelecehan dan kekerasan seksual.

"Ada nilai-nilai sosial yang mengikat perempuan dalam ruang publik. Sehingga sering membatasi gerak, bahkan ketika terjadi pelecehan pada diri sendiri, perempuan kerap takut bicara," ujar dia.

"Banyak alasan melatarbelakangi, seperti trauma, tidak mau disudutkan dengan pertanyaan, dan enggan menjadi sorotan. Peran ibu sangat penting untuk bisa jadi teman di saat yang sulit seperti ini. Keterbukaan dalam rumah sejak dini bisa sangat menolong anak-anak kita untuk lebih mudah berbagi, dan menceritakan pengalaman mereka baik atau buruk," lanjut Sri Mulyani.

Dalam monolog tersebut, perempuan yang akrab disapa Ani itu pun hampir meneteskan air mata ketika mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada sang ibu.

Dengan suara parau, Sri Mulyani mengungkapkan pentingnya peran ibu dalam menguatkan, mengayomi, dan mendoakan anak-anaknya setiap hari.

"Ibu, terima kasihku tak akan pernah terhenti. Ibuku, cinta kasihku. Ibu, terima kasihku tak akan pernah terhenti. Ibuku, cinta kasihku. Selamat Hari Ibu," ujar dia.

Adapun berikut kutipan lengkap dari monolog Sri Mulyani:

"Diam tidak lagi emas, jika berada dalam situasi yang mengancam.

Keberanian akan membalikkan situasi yang menyudutkan.

Kita harus bicara, agar hal ini tidak dianggap biasa, dan berlalu seperti tidak terjadi apa-apa.

Katakan pada diri sendiri bahwa saya berani.

Ada nilai-nilai sosial yang mengikat perempuan dalam ruang publik.

Sehingga sering membatasi gerak, bahkan ketika terjadi pelecehan pada diri sendiri, perempuan kerap takut bicara.

Banyak alasan melatarbelakangi, seperti trauma, tidak mau disudutkan dengan pertanyaan dan enggan menjadi sorotan.

Peran Ibu sangat penting untuk bisa jadi teman di saat yang sulit seperti ini.

Keterbukaan dalam rumah sejak dini, bisa sangat menolong anak-anak kita untuk lebih mudah berbagi, dan menceritakan pengalaman mereka baik atau buruk.

Saya berdiri di sini hari ini bukan hanya sebagai menteri, tapi juga sebagai Ibu, seorang rekan, kakak, perempuan, dan seorang teman yang dengan sepenuh hati saya mendorong seluruh perempuan untuk berani dan berdaya.

Kalian tidak pernah sendirian, kumpulkan keberanian untuk melawan.

Dan sekali lagi, katakan pada diri sendiri, saya berani.

Di Hari Ibu ini saya ingin kita semua mengingat peran Ibu, yang selama ini menguatkan, mengayomi, dan mengiringi kita dengan doa setiap hari.

Memberi penerangan, Ibu terima kasih ku tak akan pernah terhenti. Ibuku cinta kasihku. Ibu terima kasihku tak akan pernah terhenti. Ibuku cinta kasihku. Selamat Hari Ibu."

https://money.kompas.com/read/2019/12/23/074000626/ketika-sri-mulyani-hampir-menitikkan-air-mata-bermonolog-pada-hari-ibu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke