Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perbedaan Utang Produktif Vs Utang Konsumtif, Kamu yang Mana?

JAKARTA, KOMPAS.com - Kata atau istilah utang sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Anda yang punya utang, wajib membayar cicilannya setiap bulan hingga lunas.

Hal ini tentu akan menjadi beban keuangan Anda selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Ada yang bilang, “kalau tidak utang, tidak bakal punya aset.”

Kalau dipikir-pikir betul juga sih. Inilah yang membuat banyak orang memberanikan diri berutang.

Entah itu utang dengan keluarga, teman, rekan bisnis, atau mengajukan kredit ke bank maupun perusahaan fintech peer to peer lending lewat pinjaman online. Tapi yang salah adalah jika berutang untuk sesuatu yang tidak penting.

Contohnya, gesek kartu kredit untuk membeli smartphone terbaru, padahal smartphone lama masih bisa digunakan. Atau mengambil pinjaman online untuk borong baju, sepatu demi gengsi semata.

Dalam praktiknya, jenis utang dibagi dua, yakni utang produktif dan utang konsumtif.

Sebelum membahas kedua jenis utang tersebut, Cermati.com akan mengulas lebih dulu alasan banyak orang berutang.

Alasan Seseorang Berutang

1. Mengatasi masalah keuangan
Umumnya, banyak orang berutang untuk mengatasi masalah keuangannya. Misalnya saat besar pasak daripada tiang.

Gaji pas-pasan, tapi belanja banyak. Apalagi jika tanpa disadari pengeluaran membengkak.

Sementara tak punya penghasilan tambahan, akhirnya mencari jalan pintas dengan utang.

2. Tidak punya tabungan
Seseorang akan berutang bila memiliki kebutuhan mendesak, namun tidak memiliki tabungan maupun dana cadangan. Inilah yang dinamakan salah dalam mengatur atau mengelola anggaran bulanan.

Karena tak punya simpanan, berutang dianggap cara tepat untuk mendapatkan dana segar dan instan.

3. Lebih senang membeli sesuatu dengan kredit
Ada orang yang hobinya membeli sesuatu dengan kredit.

Bukan cuma membeli rumah dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun kendaraan lewat Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), tapi membeli TV, kulkas, gadget, dan lainnya serba kredit.

Pengeluaran-pengeluaran tersebut sebetulnya dapat dibeli dari gaji ataupun uang tabungan. Namun karena sudah keranjingan kredit sana sini, maka kebiasaan ini susah dilepaskan.

Akhirnya, setiap bulan harus mencicil barang kreditan yang jumlahnya bisa lebih dari satu barang.

4. Tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan
Antara kebutuhan dan keinginan jelas berbeda. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerti perbedaan tersebut.

Kebutuhan bisa diartikan sesuatu yang penting dan sangat diperlukan. Sifatnya harus segera terpenuhi.

Sementara keinginan adalah sesuatu yang diinginkan, namun sifatnya tidak terlalu mendesak. Artinya masih bisa ditunda.

Lantaran salah kaprah, di mana keinginan diubah menjadi kebutuhan atau prioritas, seseorang jadi berutang.

Tujuan utang untuk memenuhi keinginan tersebut. Sehingga pengeluaran yang awalnya hanya untuk membeli kebutuhan, kemudian membengkak karena keinginan itu.

Membedakan Utang Produktif dan Konsumtif

Ada 2 jenis utang yang timbul dalam mengelola keuangan, yakni utang produktif dan utang konsumtif.

1. Utang Produktif
Pengertian utang produktif adalah utang yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat keuangan.

Contohnya digunakan untuk modal kerja, modal usaha, investasi, membeli rumah sebagai tempat tinggal maupun dikontrakkan ke orang lain, membeli motor atau mobil agar bisa bekerja menjadi driver ojek atau taksi online.

Dari utang yang dipakai untuk pengembangan bisnis misalnya, pengusaha akan meraup pendapatan besar. Dari keuntungan tersebut, bisa dipakai untuk membayar cicilan atau melunasi utang.

Umumnya, utang produktif ini terencana, sehingga dapat diketahui waktu pengembaliannya.

2. Utang Konsumtif
Utang konsumtif merupakan utang yang pemanfaatannya digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Tidak memiliki dampak positif atau menambah pendapatan si peminjam. Biasanya utang ini dipakai untuk ‘membeli’ keinginan (sesuatu yang tidak mendesak atau tidak terlalu penting).

Contoh penggunaan utang konsumtif untuk membiayai liburan ke luar negeri, membeli barang mahal yang hanya akan teronggok di rumah atau tidak terpakai, membeli gadget teranyar, jam tangan mewah, padahal Anda masih memiliki barang-barang yang sama.

Barang-barang konsumsi yang dibeli ini cenderung akan mengalami penyusutan nilai atau harga. Jadi kalau dijual lagi, harga barang-barang tersebut bisa turun drastis dari harga beli.

Tidak bermanfaat bukan?

Berutang Sah-sah Saja, Asal....

Sebenarnya siapapun boleh berutang, asalkan punya kemampuan membayar. Berutang pun sah-sah saja, asalkan digunakan untuk sesuatu yang produktif atau memberi nilai tambah.

Jangan berutang untuk sesuatu yang tidak Anda butuhkan. Maka dari itu, rencanakan dengan matang bila Anda ingin mengajukan utang, terutama untuk penggunaannya sehingga Anda tidak terjerat tumpukan utang.

Artikel ini merupakan kerja sama Kompas.com dan Cermati.com. Isi sepenuhnya merupakan tanggung jawab Cermati.com.

https://money.kompas.com/read/2020/03/21/173100326/perbedaan-utang-produktif-vs-utang-konsumtif-kamu-yang-mana-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke