Melalui survei daring terhadap 2.103 responden dan studi digital independen di platform Google Analytics, ada 3 temuan kunci yang bisa dilakukan brand/merek untuk menghadapi pandemi.
Pemimpin redaksi Kompas.com, Wisnu Nughroho mengatakan, temuan kunci ini telah disusun oleh KG media research dalam sebuah white paper tentang pola perilaku dengan judul INDONESIA BINGUNG: Perilaku Konsumen Indonesia di Tengah Wabah Covid-19. Tiga temuan itu meliputi:
1. Brand bisa mengurangi kebingungan melalui informasi tepercaya
Munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia memunculkan beragam respons. Namun ada sentimen was-was yang terlihat. Sebanyak 76 persen dari orang yang disurvei membatasi diri agar tidak berkumpul, 27 persen mengurung diri dalam rumah, dan 21 persen mengumpulkan barang-barang esensial (masker, hand sanitizer, dan obat-obatan).
Meski mayoritas terlihat menjaga diri, sekitar 22 persen responden mengaku masih melakukan aktivitas seperti biasanya.
Di sisi lain, jumlah informasi mengenai Covid-19 pun tak serta merta menjadi panduan masyarakat untuk menghadapi sebuah pandemi. Banyaknya informasi yang berseliweran justru semakin memperparah kepanikan.
"Media sosial utamanya, yang menjadi sumber informasi kebanyakan masyarakat belum tentu valid dan justru menambah was-was orang lain. Beruntung, masih banyak masyarakat dengan media lewat produk jurnalistik yang kredibel," ujar Wisnu.
Sebanyak 70 persen responden masih mengandalkan informasi dari berita seperti Kompas TV, Metro TV, Line Today, Kompas.com, dan sebagainya. Namun masih banyak pula yang percaya dengan opini atau informasi yang keluar dari influencer yang bukan ahlinya.
Untuk itu, inilah kesempatan sebuah brand untuk muncul dan menjadi pengantar pesan kebaikan saat banjir informasi melanda.
Misalnya, brand seperti Coca-Cola banyak menyebarkan pesan pembatasan sosial melalui berbagai format dan konten. Restoran cepat saji seperti Popeyes juga menggunakan momen pembatasan sosial untuk memberikan kata sandi aplikasi Netflix gratis bagi konsumen yang berada di rumah.
"Sebagai sebuah brand, wajar jika topik tentang Covid-19 ingin dihindari untuk menjaga citra, namun justru kebutuhan akan informasi ini bisa digunakan oleh brand untuk ikut membantu menyebarkan informasi yang baik dan benar alias terpercaya," ujar Wisnu.
2. Band bisa menjadi ‘penghibur’ yang baik bagi masyarakat untuk mengurangi keresahan
Wisnu mengatakan, kebutuhan yang tinggi akan hiburan saat terjebak di rumah merupakan kesempatan bagi brand untuk mengeluarkan jiwa dan aksi kreatifnya untuk menciptakan hiburan baik.
Pasalnya, berita dan informasi tentang virus yang selalu membanjiri pemberitaan juga bisa mengakibatkan gangguan jiwa psikosomatis. Ketakutan dan kepanikan menyebabkan pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa ada penyakit.
"Maka dari itu hiburan bisa menjadi selingan yang bisa membuat masyarakat sedikit melupakan soal krisis yang tengah terjadi," ungkap Wisnu.
Bagaimana cara menghiburnya?
Contohnya brand NarasiTV yang berkolaborasi dengan Kitabisa menampilkan konser virtual dan mengajak masyarakat berdonasi. Begitu juga dengan Class Mild yang mengadakan konser virtual agar masyarakat tetap berkarya meski di rumah saja.
"Selain tujuannya menghibur, konten hiburan juga dapat menjadi alat untuk menyampaikan sebuah pesan positif yang bisa membantu hidup seseorang menjadi lebih baik. Di saat seperti ini, brand seharusnya menjadi kind entertainer atau penghibur baik," jelas Wisnu.
3. Brand bisa menjadi penggerak sosial bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan
Wisnu bilang, brand juga bisa menjadi pembangkit semangat gotong royong atau solidaritas dan pionir untuk melakukan berbagai kampanye yang bisa meringankan beban konsumen.
Terlebih, Indonesia memiliki semangat gotong royong yang tinggi untuk saling membantu satu sama lain kala krisis. Beberapa influencer saja kerap menampilkan solidaritas dan membantu masyarakat maupun rumah sakit yang membutuhkan.
Brand seperti Hyundai, juga menjadi roda penggerak untuk menggalakkan sebuah kampanye untuk memberi cicilan gratis selama 6 bulan bagi para pemilik mobil yang kehilangan pekerjaan atau terdampak virus.
"Di saat seperti ini gerakan sosial bisa menjadi investasi yang krusial bagi brand, karena krisis kemanusiaan akan selalu menjadi memori kolektif sebuah generasi. Siapa pun yang berbuat aktif secara positif akan selalu diingat dan menjadi bagian sejarah generasi tersebut," pungkas Wisnu.
https://money.kompas.com/read/2020/04/23/222344026/riset-kg-media-3-kunci-bagi-brand-menghadapi-pandemi