Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Pandemi Corona Buat Gerak Inflasi Jadi Tak Biasa

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, catatan angka inflasi ini membuat inflasi tahun kalender dari Januari-April 2020 sebesar 0,84 persen dan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,67 persen.

"Perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan, tapi kenaikannya sangat kecil sekali. Kalau dibandingkan dengan pola sebelumnya, ketika memasuki Ramadhan, inflasi meningkat. Tahun ini inflasi melambat," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Senin (4/5/2020).

Suhariyanto menuturkan, dari 90 kota IHK, terdapat 39 kota inflasi dan 51 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara sebesar 0,88 persen dan inflasi terendah terdapat di 3 kota, yakni Depok, Cirebon, dan Balikpapan masing-masing 0,02 persen.

Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 0,92 persen akibat penurunan angkutan udara dan terendah di Bogor dan Semarang masing-masing 0,02 persen.

"Jadi pattern ini tidak biasa. Biasanya selama mau Idul Fitri, ada kenaikan inflasi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat. Tapi tahun ini akibat situasi pandemi yang tidak biasa, pola inflasi juga berubah," sebut pria yang akrab disapa Kecuk itu.

Dilihat dari kelompok pengeluaran, terdapat 2 kelompok yang mengalami deflasi yakni kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Satu kelompok pengalami pertumbuhan flat, yakni kelompok pendidikan.

Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi tertinggi yakni 0,09 persen. Kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen.

Komoditasnya antara lain bawang merah 0,08 persen, gula pasir 0,02 persen, serta minyak goreng, rokok kretek, dan rokok putih masing-masing memiliki andil 0,01 persen.

"Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi adalah cabai merah sebesar 0,08 persen, ayam ras 0,05 persen, bawang putih sebesar 0,02 persen," sebut Kecuk.


Sektor lain yang menyumbang inflasi adalah kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,09 persen. Kelompok ini memberikan andil 0,02 persen. Komoditas dominan adalah bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen.

Sedangkan penyumbang deflasi yang tertinggi adalah transportasi. Kelompok transportasi mengalamo deflasi sebesar 0,42 persen dan memberikan andil 0,05 persen terhadap deflasi.

"Satu-satunya komoditas yang memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan udara. Ini terjadi karena adanya PSBB sehingga permintaan mengalami penurunan. Di Manado penurunan mencapai 24 persen, di Lhoksemauwe tarif angkutan udara turun 20 persen," ungkap Kecuk.

Selain itu, ada sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang deflasi sebesar 0,02 persen. Yang memberikan andil kepada deflasi adalah biaya pulsa ponsel. Dan menilik lebih jauh, ada penurunan tarif panggilan dari beberapa provider.

Inflasi inti, kata Kecuk, melemah ke level 0,17 persen pada April 2020. Lebih lemah dibanding Maret 2020 yang saat itu sebesar 0,29 persen. Secara tahunan, inflasi inti menjadi 2,85 persen.

"Boleh saya simpulkan inflasi April 2020 boleh dibilang rendah sekali. Tidak biasa untuk Ramadhan. Penyebab utamanya adalah naiknya harga bawang merah, emas perhiasan, dan gula pasir," pungkas Kecuk.

https://money.kompas.com/read/2020/05/04/125341226/saat-pandemi-corona-buat-gerak-inflasi-jadi-tak-biasa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke