Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Penjual Online dari Lereng Gunung, Berjalan Berkilo-kilometer Cari Sinyal hingga Cibiran Pengangguran

Hal ini jugalah yang dirasakan oleh Manis yang merupakan pengusaha rintisan kopi yang diberi nama Pustaka Kopi Masboy.

Hidup di pelosok desa dan sulitnya mendapatkan sinyal, tidak membuat pemuda berusia 25 tahun ini patah semangat menjalankan usaha rintisannya itu.

Kepada Kompas.com ia menceritakan asal-muasal tercetusnya ide untuk membuka usaha kopinya tersebut. 

Wabah Covid-19 yang menghantam seluruh wilayah di Indonesia termasuk di Balikpapan, tempatnya bekerja, memaksa dia pulang ke kampung halamannya di Probolinggo tepatnya di lereng Gunung Argopuro, Jawa Timur.

"Karena ada pendemi saya harus pulang dan mengamankan diri di kampung saya. Eh pas di kampung, saya bingung, enggak ada pendapatan karena enggak kerja, sementara kalau mau pergi lagi ke Balikpapan, masih takut karena pandemi masih ada," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).

Di Balikpapan, Manis awalnya bekerja sebagai penjual kosmetik, lalu ia banting stir membuka usaha kopi lantaran jumlah pemasukan dari bisnis kosmetiknya menipis dan tidak adanya perkembangan.

Bisnis kopi yang ia jalani dulu diberi nama Kopi Masboy, ia menjual berbagai macam jenis kopi dengan target pasar adalah para pengusaha cafe kopi yang tidak memiliki alat untuk menghancurkan kopi alias mesin roasting.

Namun karena adanya Covid-19 yang membuat sejumlah cafe-cafe ditutup di wilayah Balikpapan, membuat omzetnya drastis menurun. Cashflow-nya pun ikut terganggu dan mengharuskan dia harus menutup bisnis kopinya.

"Di Balikpapan saya cukup lama, bisnis kosmetik dulu saya jalani baru buka bisnis kopi. Kopi saya dulu udah lumayan cukup terkenal, banyak yang beli. Tapi karena cafe-cafe di sana pada tutup sejak PSBB, omzet saya tumbang, makanya saya paksa tutup dan saya pulang ke kampung saya,"katanya.

Pada saat itu Manis hampir tidak memiliki uang sama sekali, untungnya dia masih memiliki sedikit uang yang cukup untuk membeli tiket pulang ke kampungnya. Alhasil dia memutuskan untuk balik ke kampungnya dan mencoba untuk mengubah nasibnya.

Sesampainya di kampung pun, dia harus memutar otak. Sebab sudah lebih beberapa minggu ia tidak bekerja dan membuat dia tidak memiliki pemasukan sama sekali.

Lalu dia mencoba berpikir untuk memanfaatkan kopi dari para petani tempat ia tinggal. Dia berencana untuk membuka kembali bisnis kopinya dengan konsep yang berbeda dan tentunya dengan nama yang juga berbeda.

Lalu di pertengahan bulan April, dia memantapkan diri untuk berani kembali membuka usaha kopi dengan konsep yang baru dan nama yang tentunya juga baru, Pusataka Kopi Masboy.

"Saya bingung karena enggak ada pemasukan dan enggak ada pekerjaan. Lalu saya berpikir bagaimana jika saya membuka kembali bisnis kopi dengan konsep yang beda yang enggak kayak dulu, gimana caranya bisa memanfaatkan petani kopi di daerah sini, yah akhirnya saya nekatkan lagi buat buka bisnis kopi," ungkapnya.

Produk-produk yang dijual Manis, awalnya hanya diambil dari orang tuanya yang juga merupakan petani kopi.  Seiring dengan waktu, dia pun mengambil pasokakan kopi dari petani lain yang berada di wilayahnya.

Karena tak ada modal, dia pun terpaksa mengambil pinjaman melalui kartu kredit untuk memulai usahanya.

"Bahkan sampai sekarang biaya untuk beli alatnya masih belum lunas, karena saya pakai kredit kemarin," ucapnya sambil tertawa.

Memilih untuk berjualan di marketplace pun bukan tanpa alasan dia lakukan. Tetapi, supaya tidak mengeluarkan budget yang lebih banyak untuk menyewa atau membuka sebuah toko, menjadi alasan utama dia berjualan secara online.

"Saya memilih jualan di marketplace karena jualan di offline itu sudah tidak memungkinkan dan enaknya lagi itu tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa, tidak bayar iuran yang macam-macam," jelasnya.

Berjualan secara online pun juga tidak gampang, kata dia. Apalagi karena ia tinggal di daerah lereng gunung membuat dia kesulitan untuk mendistribusikan barangnya ke pelanggannya.

Belum lagi masalah sulitnya mengakses internet lantaran di kampungnya berada di lereng Gunung dan belum memiliki fasilitas yang mumpuni.

Tak jarang Manis harus berjalan berkilo-kilo meter agar bisa bertemu dengan kurir dan mengirimkan produknya ke para pelanggannya.

Ketika hujan turun, Manis harus lebih ekstra berhati-hati, sebab jalan yang ia tempuh pun cukup terjal.

"Jadi aku harus jalan kaki berkilo-kilometer biar bisa ketemu sama kurir. Pernah suatu kali saya bawa 10 kilogram paket karena enggak ada motor dan ini paket pesanan dari Tokopedia dikirim ke Cirebon," katanya.

Karena di daerah tempat ia tinggal sulit mendapatkan sinyal, sementara ia harus berjualan online, membuat dia jarang sekali berada di rumah. Dia pun sering tidur di gardu, di tempat yang ada sinyal agar bisa memantau bisnis onlinenya.

"Kadang sampai tidur di gardu atau kalau enggak di hammock. Kayak orang camping lah, harus bawa kompor portabel dan mi instan," ungkapnya.

Perjuangannya pun perlahan berbuah manis. Kini produk kopi yang dipasarkan oleh Manis bisa dinikmati oleh masyarakat luas bahkan hingga ke Kalimantan. Memang untuk omzetnya sendiri, Manis mengaku masih tergolong kecil untuk dia kelola dan walau begitu Manis tetap optimistis untuk mengembangkan usaha kopinya .

"Masih kecil sih, sebulan itu masih sekitar Rp 1.500.000-an. Saya jalani dulu saja, sambil inovasi dan tingkatkan kualitas, siapa tahu ke depannya bisa lebih baik," harapnya.

Untuk harga kopinya, Manis membanderol dengan harga yang berbeda-beda setiap jenisnya. Misalnya saja untuk produk Green Bean Arabika Natural dibanderol dengan harga Rp 90.000 per kilogram, Arabika Full Wash dibanderol dengan harga Rp 80.000 per kilogram, Arabika Wine dibanderol dengan harga Rp 145.000 per kilogram dan masih banyak lainnya.

Tak jarang juga dia mendapatkan banyak cibiran dari tetangganya karena berjualan online yang terlihat seperti pengangguran.

"Walaupun banyak yang mencibir karena berjualan online terlihat seperti pengangguran (hanya mengoperasikan gawai). Saya akan terus melakukan sosialisasi pemanfaatan platform digital seperti Tokopedia dalam berbisnis demi kemajuan desa," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2020/08/30/111100926/cerita-penjual-online-dari-lereng-gunung-berjalan-berkilo-kilometer-cari

Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke