Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menyatakan, negara Asia masuk ke dalam jurang resesi. Ini merupakan resesi regional pertama kalinya sejak 60 tahun terakhir.
Kamu tentu berpikir, apa yang harus kita lakukan saat resesi terjadi? Kamu bisa memulainya dengan mengelola keuangan. Beberapa dari kamu mungkin buntu mengelola keuangan saat masa sulit ini, bahkan membuat kesalahan.
Kamu perlu menghindari kesalahan-kesalahan dalam mengelola keuangan. Sebelumnya sudah dijelaskan, ada 5 kesalahan yang bisa kamu hindari jika resesi terjadi.
Kesalahan tersebut antara lain tidak menyiapkan dana darurat, mengabaikan skor kredit, menghindari pembicaraan soal uang, menahan pengembangan karir, dan menahan diri membangun usaha.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (16/9/2020), berikut ini 5 kesalahan lagi dalam mengelola keuangan yang bisa kamu hindari saat terjadi krisis.
1. Menarik aset lebih awal
Di masa krisis, terkadang kamu tidak mempunyai pilihan. Biasanya, menarik aset lebih awal (early withdrawals) seperti tabungan pensiun adalah cara pertama yang dilakukan orang-orang.
Seharusnya, menarik aset hendaknya dilakukan sebagai langkah terakhir. Pasalnya tabungan merupakan satu-satunya cara agar kamu tidak khawatir finansial di masa depan. Semakin lama kamu menabung, semakin banyak bunga yang akan kamu dapatkan.
2. Menggerus waktu luang
Resesi tidak hanya membentuk cara kita membelanjakan uang, tetapi juga membentuk cara kita menggunakan sumber daya terpenting, yakni waktu.
Ketika kita merasa kekurangan uang, biasanya kita fokus untuk menghasilkan lebih banyak uang, bahkan jika itu harus mengorbankan waktu luang.
Namun perlu diingat, terlalu fokus pada bagaimana cara menghasilkan uang tunai bisa berdampak buruk pada hubungan sosial, kebahagiaan, dan kesehatan fisik kita.
Cobalah tahan godaan untuk mengorbankan segalanya demi uang. Pastikan kamu juga berhati-hati dengan caramu menghabiskan waktu.
3. Memakai bonus untuk pengeluaran
Satu kesalahan besar yang dilakukan karyawan saat masa krisis adalah mengharapkan bonus tahunan secara penuh dari perusahaan. Namun biasanya bonus itu digunakan untuk pengeluaran atau anggaran bulananmu.
Jika bonusmu melebihi 20 persen dari pendapatan tahunan, jangan sertakan seluruh uangmu untuk kebutuhan keluarga.
Cobalah menabung lebih banyak. Karena di masa pandemi, banyak perusahaan yang sudah menghilangkan atau menurunkan bonus karyawannya.
4. Bayar semua biaya berlangganan
Banyak orang mengatur tagihannya menjadi autodebit atau autopay sehingga tidak lupa untuk membayarnya tiap bulan. Hal ini mungkin mudah untuk keuanganmu di masa normal.
Namun bagaimana jika di masa krisis? Coba perhatikan ulang, berapa banyak biaya berlangganan yang perlu kamu bayar setiap bulannya? Adakah fungsi yang sama dari aplikasi yang kamu bayar itu? Misalnya aplikasi menonton film seperti Netflix, Viu, atau Amazon Prime?
Dari sini kamu bisa mendeteksi, mana layanan yang membuat kamu tidak bisa hidup tanpanya. Kemudian, hentikan berlangganan pada aplikasi lain, yang sebenarnya tidak terlalu penting bagimu.
Ingat saja, kamu bisa kembali berlangganan saat situasi keuanganmu sudah kembali normal.
5. Hidup tanpa asuransi
Selama masa krisis, orang-orang terkadang berupaya memangkas semua biaya dan turut menghentikan sementara cakupan layanan kesehatan.
Hal ini sangat umum terjadi di antara orang-orang yang bekerja sendiri dan prihatin bahwa ekonomi akan memengaruhi bisnisnya.
Tetapi tanpa jaminan perawatan kesehatan, satu penyakit atau cedera yang tidak terduga bisa sangat merugikanmu secara finansial.
Alih-alih menghentikan sementara, coba lihat apakah ada opsi paket yang lebih murah dalam layanan asuransimu.
https://money.kompas.com/read/2020/09/16/123100726/hindari-5-kesalahan-keuangan-jika-terjadi-resesi-2-