Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Tengah Risiko Resesi, Indonesia Harus Tangkap Peluang Investasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dipastikan mengalami resesi pada kuartal III 2020. Resesi disebabkan melemahnya ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Kondisi pelemahan ekonomi ini membawa Indonesia diambang masa resesi. Ancaman ini berdampak pada multi sektoral seperti melemahnya daya beli masyarakat hingga tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Menanggapi kondisi ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendorong perbaikan iklim investasi di tengah pandemi. Investasi diharapkan mampu menyelamatkan Indonesia saat pertumbuhan ekonominya mengalami resesi.

"Di tengah perekonomian yang melambat ini investasi diharapkan akan jadi motor penggerak utama dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, BKPM akan terus bekerja keras dalam menarik investasi masuk ke Indonesia," kata Plt Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan beberapa waktu lalu.

Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Tauhid Ahmad menilai, dibutuhkan energi yang besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke kisaran 5 persen.

Jika vaksin Covid-19 belum ada dan belum didistribusikan secara merata, Tauhid menilai target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada tahun depan terbilang berat.

Saat ini saja, kata dia, ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal itu terlihat dari deflasi yang menandakan lemahnya permintaan.

Jika konsumsi masyarakat pada tahun depan masih lemah, maka sulit bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonomi tumbuh 5 persen. Sebab, selama ini konsumsi masyarakat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, ekspor impor juga sulit diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena kondisi ekonomi global yang masih suram.


Investasi, menurut Tauhid, sebetulnya bisa dijadikan penopang pertumbuhan ekonomi. Sebab, di tengah situasi seperti saat ini, banyak perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan sumber produksi di China dan berencana merelokasi investasinya.

Masalahnya, dampak investasi, khususnya penanaman modal asing, ke pertumbuhan ekonomi tidak bisa langsung. Selain itu, investor saat ini juga tengah wait and see dan mencari negara yang paling aman untuk menjadi basis produksi manufaktur.

Itu sebabnya, pemerintah perlu mempercepat realisasi investasi mengingat berapapun besarannya sangat berdampak pada pergerakan ekonomi dalam negeri.

Untuk itu, pemerintah harus berani menjemput bola dengan memberikan berbagai insentif yang menarik serta berbagai fasilitas dan kemudahan bagi calon investor.

Menurut Tauhid, Pemerintah juga harus siap menyediakan insentif maupun fasilitas lainnya sesuai permintaan investor.

Dengan demikian, pemberian fasilitas maupun insentif berdasarkan kasus masing-masing alias case by case. Di samping itu, pemerintah perlu melakukan pendekatan terhadap produsen-produsen global.

"Tanya apa yang mereka minta dan siapkan permintaan mereka," sebut Tauhid.

https://money.kompas.com/read/2020/10/07/163921426/di-tengah-risiko-resesi-indonesia-harus-tangkap-peluang-investasi

Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke