Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kala Para Milenial Berani Mulai Bisnis Minuman Kopi di Tengah Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berani dan tidak menunda-nunda untuk merealisasikan mimpi memiliki bisnis, menjadi prinsip kedua milenial ini, Benedicta Alvinta dan Gilang Gagastama.

Saat banyak pelaku usaha tengah berjuang untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya karena tekanan pandemi, tapi mereka berdua malah berani mengambil risiko untuk memulai bisnis minuman kopi.

Pandemi memang memberi dampak buruk ke perekonomian, tapi Vinta dan Gilang tetap saja bisa melihat ada peluang usaha yang tersedia di sana.

Sejak pandemi, konsumsi minuman kopi dalam kemasan botol trennya meningkat. Jika di masa normal banyak orang datang ke kafe untuk menikmati kopi, di masa pandemi masyarakat umumnya menghindari hal tersebut.

Ini seiring pula dengan kebijakan pemerintah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah, khususnya Jakarta.

Di sisi lain, kebiasaan minum kopi di sela aktivitas sudah menjadi gaya hidup bagi generasi muda. Peluang inilah yang segera di ambil mereka dengan menawarkan kopi dalam kemasan botol yang siap diantarkan langsung ke konsumen.

"Sejak pandemi, kami melihat marak minuman kopi dalam kemasan botol. Mungkin ini juga terpengaruh PSBB yang membuat penikmat kopi sulit dine-in, sedangkan saat ini kopi sudah menjadi lifestyle. Kebiasaan bekerja di kantor dengan ditemani kopi juga beralih menjadi WFH (work from home) yang ditemani kopi," ungkap Vinta kepada Kompas.com, Selasa (13/10/2020).

Vinta dan Gilang memutuskan memulai bisnis pada Agustus 2020 dengan membangun brand minuman kopinya yang diberi nama Tipse Coffee. Mereka memulai dengan sistem bisnis rumahan, mencari dan meracik sendiri varian minumannya.

Modal awal yang dibutuhkan cukup ramah untuk kantong yakni Rp 1 juta-Rp 3 juta, yang diperuntukkan membeli bahan baku minuman dan peralatan lain, seperti kemasan botol.

"Dengan sistem homemade justru kami bisa meminimalkan modal yang keluar karena tidak perlu sewa tempat, membayar listrik, dan pengadaan properti lainnya," imbuhnya.


Lewat racikan mereka berdua maka lahirlah dua varian dari Tipse Coffee. Varian Meisce Coffee, kopi yang bercampur dengan whisky dan varian Ramona Choco, percampuran antara dark choco dan rum.

Yap! Vinta dan Gilang memilih berinovasi dengan jenis minumannya yang bercampur alkohol. Ini memang sejalan dengan sasaran pasar mereka yakni generasi muda yang senang dengan minuman beralkohol dan kopi.

Tentunya kadar alkohol dalam minuman yang ditawarkan mereka berdua cukup rendah, sebab tujuannya memang untuk bisa dikonsumsi ketika bersantai, bahkan saat beraktivitas.

"Kami memilih mengadopsi irish coffee dan choco rum karena minuman ini kami rasa cenderung diterima di pasar anak muda. Varian ini kami pilih untuk membedakan dengan kopi susu gula aren yang saat ini marak," jelas Gilang.

Dalam pemasarannya, mereka mulai dengan mengandalkan relasi yakni strategi kabar dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth). Selain itu, melalui online lewat media sosial instagram dengan akun @tipse.coffee, mengingat gaya hidup generasi masa kini yang lebih menyukai belanja online.

Memang usia bisnis mereka berdua terbilang masih belia, hitungannya hingga saat ini baru berjalan sekitar dua bulan. Tapi setidaknya bisnis Tipse Coffee terus bertumbuh, dengan kini penjualan mencapai 50-100 botol per bulan.

"Kami juga tidak mematok target tinggi dalam penjualan, karena melihat daya beli juga saat ini sedang rendah. Omzet kami bulanan Rp 3 juta-Rp 5 juta," ungkap Gilang.

Seperti pebisnis pada umumnya, Gilang memastikan ke depannya mereka berencana untuk semakin mengembangkan bisnis minuman kopinya. Target terkini, yakni memperluas pemasaran dengan bisa diakses konsumen lewat Gofood dan Grabfood untuk wilayah Jakarta dan Yogyakarta.

"Selain itu, ke depan bakal ada varian lain dalam jangka pendek ini. Saat ini masih proses development rasanya," kata dia.

Analisa Peluang dan Berani Memulai Bisnis

Vinta dan Gilang merupakan contoh dari generasi muda yang berani mengambil langkah berbisnis di tengah tekanan ekonomi. Sebab mereka mampu menganalisa peluang yang ada dan berani untuk mengeksekusinya.

Vinta bilang, dalam memulai bisnis perlu diawali dengan perencanaan jangka pendek dan panjang yang dipersiapkan dengan matang. Namun jangan menunggu terlalu lama untuk merealisasikannya, apalagi jika produk yang dijual cenderung mengikuti tren, bukan kebutuhan pokok.

"Karena sebenarnya yang paling penting dalam berbisnis adalah eksekusinya," katanya.

Oleh sebab itu Vinta menekankan, bagi para generasi muda yang masih ragu merealisasikan ide berbisnisnya, untuk tak lagi menunda-nunda. Ambil peluang bisnis yang ada dan segera realisasikan.

"Karena berbisnis adalah learning by doing, kalau tidak melakukan maka tidak akan tahu celahnya. Memulainya juga tidak perlu muluk-muluk yang penting tekun, mulai dari R&D (riset) hingga mencari pasar baru," tutup dia.

https://money.kompas.com/read/2020/10/13/124300726/kala-para-milenial-berani-mulai-bisnis-minuman-kopi-di-tengah-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke