JAKARTA, KOMPAS.com – Investasi di tengah kondisi pasar yang bergejolak tentunya cukup mengkhawatirkan.
Namun, untuk meminimalisir potensi kerugian, ada baiknya untuk tidak meletakkan seluruh telur dalam satu keranjang.
Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, kondisi ini terjadi akibat dari risiko geopolitik, yakni pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada November mendatang.
Salah strategi investasi yang dibutuhkan bagi investor adalah dengan melakukan diversifikasi portofolio investasi sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Selain itu, upaya untuk menurunkan risiko investasi adalah dengan memilih reksa dana saham offshore.
“Investor dapat memilih untuk berdiversikasi secara geografis alokasi investasi ke luar Indonesia melalui reksa dana saham offshore syariah. Melalui reksa dana ini, investor dapat mendiversifikasi investasinya ke negara maju seperti AS, China, dan negara-negara Asia Pasifik lainnya,” kata Ivan dalam siaran pers, Kamis (15/10/2020).
Kondisi ekonomi global saat ini masuk tahap pemulihan setelah pada semester pertama tahun 2020 menghadapi pukulan yang berat akibat pandemi Covid-19.
Dengan dilakukannya pelonggaran pembatasan wilayah dan pembukaan kembali bisnis, roda ekonomi sudah berangsur bergerak kembali.
Begitu pula dengan kondisi ekonomi domestik, Kementerian Keuangan pada akhir September lalu memproyeksikan ekonomi kuartal III masih terkontraksi sekitar -2,9 persen hingga -1,0 persen, walaupun masih terkontraksi namun sudah tidak sedalam kuartal II yang terkontraksi -5,32 persen secara tahunan.
“Ini menandakan adanya pemulihan. Selain itu, pada kuartal III ini juga pemerintah Indonesia berusaha untuk memberikan stimulus mendorong ekonomi Indonesia bertumbuh positif dari sebelumnya,” jelas CEO Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa.
Riset dari perusahaan jasa keuangan multinasional Charles Schwab, menunjukkan secara historis ketidakpastian akibat pemilu di AS mencatatkan tren positif bagi pasar saham AS.
Kinerja indeks saham S&P 500 mencatatkan pertumbuhan positif pada saat-saat pemilu.
Dengan demikian kondisi saat ini cenderung netral dengan menyeimbangkan porsi di setiap aset kelas tanpa deviasi.
Menurut dia, untuk investor dengan profil risiko moderat dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 15 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 30 persen, dan reksa dana pasar uang 55 persen.
Sementara bagi investor dengan profil risiko growth dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 60 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 20 persen, dan reksa dana pasar uang 20 persen.
https://money.kompas.com/read/2020/10/15/170849426/ini-strategi-investasi-di-tengah-kondisi-ekonomi-yang-tidak-pasti