Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

SDGs Lamban, Perusahaan Masih Kedepankan Profit

Nyatanya berdasarkan survei Navigator Research, 91 persen perusahaan mendukung pembangunan berkelanjutan. Tapi, hanya 27 persen yang mampu mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dengan produk buatannya.

Presiden Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, kendala utama terletak pada biaya (cost) yang perlu dikeluarkan perusahaan.

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), investasi untuk 17 tujuan SDGs membutuhkan biaya sekitar Rp 10.000 triliun pada tahun 2030 mendatang.

Meski tak semuanya dibebankan kepada pemerintah maupun perusahaan, dana tersebut tetap fantastis lantaran investasi harus dilakukan secara besar-besaran di awal.

"Dibutuhkan investasi yang besar di awal, sementara perlu diikuti kepastian harga (efek) yang sebanding (dengan dikeluarkannya biaya). Pada akhirnya perusahaan masih melihat dan mengedepankan profitnya," kata Shinta dalam webinar Sustainability Day Unilever Indonesia Foundation, Senin (23/11/2020).

Selain biaya, kendala lainnya ditemukan dalam infrastruktur dan manusianya. Pemerintah perlu memastikan bahwa infrastruktur dasar yang mendukung SDGs sudah siap.

Lalu, perlu adanya edukasi kepada masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa mendukung perusahaan atau stakeholder terkait yang hendak mengimplementasikan 17 tujuan SDGs.

Pasalnya hingga kini, banyak masyarakat yang belum paham mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pun belum mengerti bedanya energi kotor dan energi terbarukan.

"Ada masyarakat yang masih pikir renewable energy (itu) seperti geotermal. Itu (energi) kotor, lho. Bagaimana pelaku usaha bisa maju kalau masyarakat tidak mengerti dan (perusahaan) tidak bisa mulai karena tidak dapat dukungan masyarakat, proyeknya didemo dan lain-lain," sebut Shinta.

Meski masih memiliki banyak kendala, Shinta yakin Indonesia bisa mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan secara baik perlahan-lahan.

Tentu saja, dibutuhkan kolaborasi antar pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat. Beruntung pada masa pandemi Covid-19, referensi masyarakat berubah dan lebih mengedepankan produk-produk renewable.

"Masih banyak kendala, tapi saya optimistis Indonesia sekarang bisa lebih perlahan-lahan (mengimplementasikan) bagaimana menjadi pemain yang (kinerjanya) dilihat secara global," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2020/11/23/120715626/sdgs-lamban-perusahaan-masih-kedepankan-profit

Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke