Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengintip Strategi Pengusaha Kuliner Raih Cuan Selama Pandemi

Apalagi sejak mewabahnya pandemi, banyak konsumen yang beralih ke digital untuk berbelanja, daripada harus ke luar rumah.

Hal inilah yang dilakukan oleh pengusaha makanan yaitu Prima Hayuningputri dan Anika Miranti sebagai owner Mad Bagel, dan Muhammad Kautsar pemilik Dimsum 49.

Kepada Kompas.com, Nike dan Putri menceritakan alasan dia memulai berbisnis karena ingin terus produktif bekerja dari rumah sambil tetap mengasuh anak.

Akhirnya, inisiatif mereka ini dieksekusi, hingga resmilah Mad Bagel didirikan pada tahun 2014.

Awalnya mereka memilih roti bagel sebagai produknya adalah karena dirinya dan rekannya merasa kesulitan untuk menemukan roti bagel yang lezat, sehingga mereka memutuskan untuk membuatnya sendiri.

"Bagel di Amerika kan umumnya chewy dan keras, itu kurang populer di Indonesia, makanya kami buat teksturnya tidak sekeras itu," ujarnya kepada Kompas.com, dikutip Sabtu (12/2/2021).

Hingga berjalannya waktu, mereka pun mulai mengolah roti bagel dengan berbagai varian rasa mulai dari yang manis, asin hingga gurih.

Beberapa tahun fokus dengan penjualan langsung di toko, Mad Bagel memutuskan untuk serius memasarkannya secara daring karena konsumen tidak bisa lagi leluasa menyantap bagel kesukaan mereka secara langsung.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk bergabung ke e-commerce agar bisa menjangkau lebih banyak konsumen lagi.

Selama 7 bulan memasarkan produknya secara online, cukup membuahkan hasil yang manis bagi mereka. Bagel buatan mereka kini bisa menjangkau konsumen lebih luas, hingga antar pulau.

"Kinerja selama pandemi ini blessing in disguise. 2020 membuat perubahan terjadi cepat, kami dituntut bekerja, membuat strategi dan budgeting yang efektif dan efisien," ungkap Prima.

Lalu, mereka pun ikut berpartisipasi dalam kampanye yang diselenggarakan Tokopedia melalui kampanye Tokopedia Nyam. Menjadi bagian dari kampanye e-commerce dalam mempromosikan makanan dan minuman dari pengusaha lokal, membantu publikasi produk mereka.

“Saat ini, Mad Bagel telah berhasil menjual hingga 2.000 produk," sebutnya.

Begitu juga dengan Kautsar pemilik Dimsum 49.

Awalnya, Kautsar hanya berjualan siomay pada tahun 2015 untuk mencari penghasilan tambahan. Kemudian dia mulai merambah ke dimsum karena lebih banyak peminatnya.

Selama setahun dia sempat vakum berjualan di platform daring karena masih belum tahu caranya memasarkan di situ.

Namun ia tidak menyerah dan terus mencoba sembari menyesuaikan produk sesuai keinginan pasar. 

Kini, produknya sudah tersebar lebih luas berkat jumlah reseller yang naik drastis. Ada sekitar 3.000 reseller, sebagian besar ibu rumah tangga serta karyawan yang terdampak pandemi.

Lewat para reseller yang tersebar di banyak tempat, dia bisa menekan ongkos kirim. Ongkos kirim jadi faktor penentu penting konsumen saat berbelanja, alasan yang membuatnya memiliki agen-agen di 20 titik yang tersebar di Indonesia.

https://money.kompas.com/read/2021/02/13/075400626/mengintip-strategi-pengusaha-kuliner-raih-cuan-selama-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke