Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BNI: Bank Besar Lebih Sulit Transformasi Digital, tetapi...

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI, YB Hariantono mengakui, bank-bank besar yang sudah beroperasi puluhan tahun lebih sulit melakukan transformasi digital.

Hal ini berbanding terbalik dengan membentuk bank digital baru dari nol.

Bank yang baru dibentuk lebih mudah melakukan transformasi karena sudah menerapkan semua layanan dalam bentuk digital sejak awal.

"Bank besar pasti berat jalannya, membawa gajah atau dinosaurus bergerak," kata YB Hariantono dalam Indonesia Data and Economic Conference Katadata, Rabu (24/3/2021).

Beratnya bank besar melakukan transformasi tak lepas dari komponen yang dijalankan bank tersebut, baik dari sisi produk maupun layanannya.

Bank-bank besar biasanya menciptakan produk dan memasarkan sendiri produk buatannya.

Hal ini berbeda konteksnya dengan fintech. Fintech kebanyakan menjalin kolaborasi dengan perbankan untuk memasarkan produk bank tersebut.

Dengan kata lain, fintech tidak perlu menciptakan produk dan mencari customer based sendiri.

Dengan begitu, fintech tidak memiliki beban untuk mengoperasikan dan menciptakan produk.

"Mereka (fintech) hanya running digital platform. Tidak running produknya, tidak running konvensional platform. Jadi kalau dibilang bank/perusahaan konvensional pasti akan lebih berat, iya, dalam konteks itu," tutur Hariantono.

Namun, menurut dia, bank-bank besar ini punya kelebihan. Bank yang menciptakan dan mengoperasikan produknya sudah memiliki nasabah existing.

Jika ada transformasi digital, nasabah-nasabah ini akan sukarela dan mau tidak mau mengikuti langkah itu.

Sedangkan bank digital perlu membangun basis nasabah dari nol. Membangun pelanggan dari nol bisa dibilang bukan sesuatu yang mudah.

Nyatanya ungkap Hariantono, beberapa bank digital maupun fintech dunia yang sukses ada keterkaitan kuat dengan ekosistem pelanggan yang sudah terbentuk sejak awal.

Sebut saja WeBank-nya Tencent dan Ant Financial-nya Alibaba.

"Mereka sukses karena menempelkan banking service ke ekosistem customer yang sudah ada. Jadi mereka membuat akuisisi customer sehingga langsung dapat jumlah pelanggan yang besar. Kalau enggak punya ekosistem itu, (kemudian) buat bank baru, (akan) lebih berat (dibanding konvensional)," jelas Hariantono.

Ia menambahkan, tidak ada resep yang pas untuk seluruh organisasi.

Bank-bank besar memilih transformasi digital dengan caranya sendiri, yakni membuat unit baru yang serba digital.

Bank digital yang baru berdiri juga punya caranya sendiri.

"Pendekatan untuk organisasi A belum tentu cocok untuk organisasi B. Saya rasa approach setiap bank bisa beda, tapi konteksnya (sama), kita harus mentransformasikan seluruh operasi konvensional," pungkas Hariantono.

https://money.kompas.com/read/2021/03/24/125054926/bni-bank-besar-lebih-sulit-transformasi-digital-tetapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke