Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gelontorkan Rp 5,76 Triliun, NASA Ingin Perusahaan Swasta Bikin Stasiun Luar Angkasa

KOMPAS.com - Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) meluncurkan proyek Commercial LEO Destinations (CLD).

Proyek ini bertujuan mendorong perusahaan swasta membangun dan mengembangkan stasiun luar angkasa baru.

Lewat proyek ini NASA menggelontorkan 400 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,76 triliun (kurs Rp14.400 per dollar AS) sebagai stimulus ke 4 perusahaan untuk mulai mengembangkan stasiun luar angkasa baru.

Saat ini memang hanya ada Stasiun Luar Angkasa Internasional (Intenational Space Station/ISS) yang dikelola oleh badan antariksa milik pemerintah sejumlah negara, termasuk NASA.

Stasiun ini terletak di orbit bumi rendah atau low earth orbit (LEO). 

Sejak dihuni astronot pada November 2000, pengoperasian ISS kini sudah memasuki tahun ke-20.

Seiring dengan menuanya ISS, NASA ingin swasta terlibat dalam pembuatan stasiun luar angkasa.

Direktur Commercial LEO NASA Phil McAlister mengatakan, bahwa dalam orbit rendah bumi terdapat tiga aktivitas utama yaitu transportasi kargo, transportasi awak, dan destinasi atau tempat tujuan.

Selama ini NASA bertanggungjawab penuh atas ketiga aktivitas itu. 

"Jika tetap seperti itu, aspirasi kami di orbit rendah Bumi akan selalu dibatasi oleh anggaran NASA. Maka dengan membawa sektor swasta ke dalam bagian ini, sebagai pemasok dan pengguna, akan memperluas ruang untuk lebih banyak orang (astronot) bisa berada di orbit Bumi rendah," jelas McAlister seperti dikutip dari CNBC, Senin (29/3/2021).

Lewat program CLD, NASA pun berusaha meniru keberhasilan program Commercial Cargo dan Commercial Crew yang sukses membuat 3 perusahaan swasta terlibat dalam pengiriman kargo dan astronot ke ISS.

Sejauh ini, NASA telah mengalihkan tangung jawab dua aktivitas ke pihak swasta, dengan menggunakan jasa SpaceX dan Northrop Grumman untuk mengirim pesawat kargo ke ISS.

Begitu pula dengan jasa SpaceX dan Boeing untuk meluncurkan astronot.

Penghematan anggaran dengan menjadi pengguna stasiun luar angkasa, ketimbang sebagai pemilik dan operator, adalah tujuan utama NASA membuat program CLD. Hal ini mengingat mahalnya biasa operasional ISS.

Setiap tahun setidaknya ISS membutuhkan biaya 4 miliar dollar AS untuk beroperasi.

Secara total, pembangunan dan pengoperasian ISS selama ini telah menelan biaya 150 miliar dollar AS dengan anggaran terbesar dari NASA, meski ada pula kontribusi dari Rusia, Eropa, Jepang, dan Kanada.

Pada tahun lalu, NASA memperkirakan dengan program Commercial Crew, badan antariksa milik AS itu bisa menghemat biaya sekitar 20 miliar-30 miliar dollar AS.

Dana itu bisa digunakan untuk mengembangkan dua pesawat ruang angkasa.

Hal lain yang juga mendorong adanya program CLD adalah sudah menuanya berbagai perangkat di ISS.

Sebagian besar struktur inti laboratorium luar angkasa itu diproduksi pada 1990-an.

Pada tahun lalu astronot asal Rusia bahkan telah menambal kebocoran udara kecil di modul ISS.

"ISS adalah sistem yang luar biasa, tetapi sayangnya itu tidak akan bertahan selamanya. ISS bisa mengalami anomali yang tidak dapat dipulihkan kapan saja," kata McAlister.

NASA melihat program CLD merupakan cara agar banyak perusahaan swasta mengembangkan dan membangun habitat baru di luar angkasa dalam beberapa tahun ke depan, sebelum akhirnya pengoperasian ISS benar-benar dihentikan. 

https://money.kompas.com/read/2021/03/29/125340126/gelontorkan-rp-576-triliun-nasa-ingin-perusahaan-swasta-bikin-stasiun-luar

Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke