Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER DI KOMPASIANA] Cemburu Orang Lain Sukses | Terjebak dalam Khayalan | Mengintip Marriage Market di Shanghai

KOMPASIANA---Setiap mendengar cerita kesuksesan orang lain biasanya kita akan terjebak di antara 2 sikap: termotivasi atau mencemburuinya.

Untuk yang pertama rasanya akan sangat baik, karena kita bisa melihat kesuksesan tersebut sebagai suatu cara untuk kita lebih giat lagi dalam segala hal.

Namun, jika kita sudah merasa cemburu, misalnya, maka hanya akan menurunkan kualitas diri dan kinerja.

Tidak perlu selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena, barangkali, kita punya cara dan jalan yang berbeda dalam mencapai kesuksesan itu.

Berikut ini 5 konten terpopuler dan menarik di Kompasiana dalam sepekan.

1. Mengapa Kita Cemburu Melihat Orang Lain Sukses?

Saat melihat orang lain berhasil, terkadang kita terjebak mitos bahwa hidup adalah sebuah kompetisi.

Ketika seseorang telah "menang", maka kita akan merasa dan berada dalam kekalahan itu. Sebagai pihak yang "kalah", tulis Kompasianer Siska Dewi, kita merasa inferior.

"Saat Anda merasakan semburat kecemburuan karena kesuksesan orang lain, ingatkan diri Anda bahwa hidup bukanlah kompetisi," lanjutnya.

Percayalah bahwa definisi sukses tidak sesempit yang kita lihat. Kisah sukses sesungguhnya sangat berbeda dari orang ke orang.

Kita semua memiliki cerita unik, perjuangan khusus, dan hal berbeda yang membuat kita bahagia. (Baca selengkapnya)

2. Mengenal Maladaptive Daydreaming yang Membuat Seseorang Selalu Terjebak dalam Khayalan

"Tak ada yang salah dengan bermimpi, yang salah adalah ketika kamu hanya bermimpi tapi untuk mewujudkannya kamu tak memiliki nyali," tulis Kompasianer Puja Nor Fajariyah.

Namun, ketika kamu bermimpi kemudian itu menyita sebagian besar waktumu di dunia nyata itu disebut dengan maladaptive daydreaming.

Maladaptive daydreaming ini merupakan kondisi dimana seseorang terjebak dalam lamunan hingga menghabiskan waktu berjam-jam sehingga abai akan hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki.

Tidaklah mudah untuk dapat mengidentifikasi gejala maladaptive daydreaming, tulis Kompasianer Puja Nor Fajariyah, terlebih lagi kalau si penderitanya sendiri tidak sadar bahwa mereka mengalami gangguan ini. (Baca selengkapnya)

3. Mengintip Marriage Market, Pasar Jodoh di Shanghai

Banyak yang menyebutnya "Marriage Market", ada juga yang menamakan "Love Market". Pasar perjodohan ini buka pada siang hari hingga pukul 17 setiap Sabtu dan Minggu.

Marriage market yang terorganisasi seperti ini pertama kali diadakan tahun 2004 di Longtan Park Beijing.

"Mendekati lokasi "Pasar Jodoh" terlihat berbagai ragam payung yang berjajar rapi, di bagian atasnya terdapat kertas dengan tulisan tentang data diri pria atau wanita," tulis Kompasianer Hennie Triana.

Umumnya ditulis dalam bahasa Mandarin, ada yang menyertakan foto, tetapi kebanyakan tidak. (Baca selengkapnya)

4. Cash on Delivery, Versi Marketplace Vs Versi Perorangan

COD atau Cash On Delivery, tentu sudah sangat familiar terdengar bagi pegiat belanja di online store.

Metode pembayaran ini terbukti masih sangat diminati, di tengah maraknya metode pembayaran secara elektronik.

"Pada dasarnya, setiap metode pembayaran memiliki risikonya masing-masing. Pada praktik COD-an, masalah seringkali timbul karena salah pemahaman mekanisme antara pembeli terhadap penjual," tulis Kompasianer Retno Ningtiyas.

Kejadian customer COD yang memaki kurir, misalnya, itu bukan kali pertama terjadi. (Baca selengkapnya)

5. "Mine", Melihat Kehidupan Konglomerat yang Ternyata Tak Selalu Bahagia

Drama "Mine" yang dibintangi Lee Bo Young dan Kim Seo Hyung ini bercerita tentang keluarga konglomerat dari grup Hyowon yang memiliki dua orang putra dan satu orang putri.

Namun, yang menarik dari "Mine" adalah meskipun keluarga Hyowon terlihat sempurna karena memiliki segalanya bahkan hidup dalam kemewahan, tapi penghuni istana Cadenza tidak ada yang terlihat bahagia.

Putra pertama mereka yang bernama Han Jin Ho merasa rendah diri karena merasa tidak memiliki kemampuan seperti adiknya. karena itulah dia menghabiskan waktunya untuk berjudi, mabuk dan membuat onar.

"Karena ini pula, dia merasa tidak dihargai oleh istri maupun anaknya, sehingga hal itu membuat dia semakin frustasi dan melampiaskannya pada hal-hal yang negatif," tulis Kompasianer Sri Pujiati. (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2021/05/22/161600126/-populer-di-kompasiana-cemburu-orang-lain-sukses-terjebak-dalam-khayalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke