Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Istana Diminta Turun Tangan Atasi Hambatan Ekspor Sarang Walet ke China

Hambatan utama yang dihadapi dalam proses ekspor sarang walet ke China adalah persoalan administrasi yang melibatkan institusi di China.

Benny menyebut, persoalan utama yang jadi hambatan yakni belum terbitnya sertifikasi ekspor atas dokumen yang diajukan puluhan eksportir ke General Administration Customs of China (GACC).

Padahal seluruh berkas sudah diajukan eksportir sejak 2018. Berkas tersebut menurutnya sudah berada di tangan GACC dan bahkan sebagian sudah diaudit.

Namun, hingga kini belum ada kepastian kapan sertifikasi akan diberikan kepada eksportir yang mengajukan tersebut. Benny Hutapea lantas meminta pihak Istana Kepresidenan turun tangan mengatasi persoalan ini.

Permintaan tersebut secara khusus ditujukan kepada Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Terlebih, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah pernah meminta agar hambatan ekspor sarang burung walet ke China segera dituntaskan.

“Presiden pada 4 Mei 2021, sudah melakukan Rapat Terbatas bersama Menteri terkait dan menekankan supaya hambatan ekspor sarang burung walet ke China bisa segera dituntaskan,” kata Benny dalam keterangannya, Selasa (27/7/2021).

Menurutnya, Moeldoko perlu turun tangan mengingat fungsi KSP yakni mendukung Presiden dan Wakil Presiden dalam melaksanakan pengendalian program prioritas nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis.

Ia menilai, masalah ekspor walet ke China termasuk isu strategis yang menjadi perhatian nasional sehingga sudah seharusnya KSP turun tangan.

“Di tengah sulitnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 pelaksanaan PPKM, Pemerintah melalui KSP harus membuat terobosan kunci untuk menghilangkan hambatan ekspor dan mendorong agar potensi devisa yang sangat besar dari ekspor sarang burung walet dapat ditingkatkan,” katanya.

Sebagai kontrol terhadap kementerian, KSP diharapkan bisa memfasilitasii proses negosiasi dengan pihak GACC agar para pelaku ekspor sarang burung walet mendapatkan sertifikasi sebagai eksportir terdaftar di China.

“Negosiasi tersebut harus dibarengi dengan aksi nyata supaya ada kepastian bagi pelaku usaha,” imbuhnya.

Dia yakin, melalui KSP, kesempatan eksportir Indonesia untuk melakukan ekspor secara langsung makin terbuka. Dengan begitu, nantinya ekspor sarang burung walet ke China tidak lagi didominasi oleh segelintir pelaku eksportir.

“KSP harus dapat memberikan terobosan, mengambil tindakan tegas terhadap GACC, tidak tinggal diam. Semakin banyak eksportir, semakin besar devisa yang dihasilkan,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa terkait masalah hambatan ekspor sarang burung walet ke China ini, jangan sampai terkesan ada pembiaran. Dia bilang, KSP bisa mempertanyakan kembali berkas yang sudah diajukan kepada GACC.

“Jangan sia-siakan potensi ekspor sarang burung walet ke China,” ujarnya.

Benny menjelaskan, setidaknya dengan meningkatnya devisa dari ekspor sarang burung walet, beban keuangan negara akibat defisit neraca perdagangan maupun dampak wabah Covid-19 bisa berkurang.

Ia juga meminta seluruh kementerian terkait untuk mempermudah pelaksanaan ekspor sarang burung walet ke China guna membantu mewujudkan perekonomian yang tangguh sesuai dengan visi Presiden Jokowi.

Hingga saat ini, China merupakan konsumen terbesar sarang burung walet secara global. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke China sepanjang 2020 mencapai 413,6 juta dollar AS.

Pada April 2021, Indonesia mengumumkan bahwa China akan mengimpor sarang burung walet asal Indonesia senilai 1,13 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 16 triliun.

Sementara, yang mendominasi ekspor sarang burung walet hanya 23 perusahaan yang terdaftar di GACC. Sedangkan 20 perusahaan lainnya belum memiliki legalitas resmi sebagai eksportir terdaftar, padahal mereka sudah mendaftar dari tahun 2018 dan sudah diaudit oleh GACC.

https://money.kompas.com/read/2021/07/27/124034726/istana-diminta-turun-tangan-atasi-hambatan-ekspor-sarang-walet-ke-china

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke