Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Potensi Budidaya Perikanan Masih Sangat Besar

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengatakan, produksi perikanan budidaya Indonesia saat ini berada di posisi nomor dua terbesar di dunia.

“Tiongkok itu produksi ikan budidayanya 68,42 juta ton per tahun. Sementara Indonesia di posisi kedua dengan 15,89 juta ton. Padahal panjang garis pantai Tiongkok yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya hanya 14.500 kilometer, sementara Indonesia punya 99.083 kilometer,” kata Rokhmin dalam acara Indonesia Aquaculture Outlook 2022 yang diselenggarakan eFishery di Jakarta, Kamis (16/12/2021).

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut menilai, untuk bisa meningkatkan produksi perikanan nasional, dibutuhkan inovasi teknologi seperti yang dilakukan eFishery, perusahaan startup akuakultur.

“Untuk bisa mencapai target produksi 2 juta ton pada 2024 itu sebenarnya memungkinkan karena Indonesia punya potensinya terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu anak-anak muda untuk bisa menggenjot ini,” ungkap Rokhmin.

Hal senada disampaikan Direktur Pakan dan Obat Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia Ujang Komarudin. Menurutnya tren produksi perikanan di Indonesia sudah bergeser dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya.

Ujang mencatat, pada 2020 lalu, para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia sudah mampu memproduksi 15,45 juta ton, sementara hasil tangkapan nelayan di laut hanya sebesar 7,7 juta ton.

“Perikanan budidaya itu diperkirakan bisa menyumbang 16 persen dari 1,33 triliun dollar AS nilai potensi keekonomian bidang kelautan Indonesia. Jadi kalau kita fokus mengembangkan perikanan budidaya, sama saja dengan membangunkan raksasa yang sedang tidur. Sangat luar biasa,” kata Ujang.


Ia menambahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri telah menyusun program dalam mengoptimalkan budidaya perikanan nasional. Salah satunya yaitu dengan menerapkan konsep ekonomi biru.

“Ada keseimbangan dalam menjalankan prinsip ekonomi dengan teknologi. Sehingga tetap produktif namun berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jangan sampai terjadi over eksploitasi. Untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan inovasi teknologi yang cerdas, modernisasi, serta digitalisasi dalam sistem produksi dan rantai pasok perikanan budidaya,” ungkap Ujang.

Sementara itu, CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, sampai akhir 2021 pihaknya mencatat jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery diperkirakan bisa mencapai 27.000 orang.

Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery di 2020.

“Teknologi itu membuka kolaborasi. Karena inovasi yang dihasilkan teknologi itu membuka akses kepada seluruh pelaku usahanya dan menciptakan value bersama-sama. Kalau tahun ini kami bisa merangkul 27.000 pembudidaya, tahun depan kami bidik 200.000 pembudidaya yang tersebar di 250 kabupaten/kota bisa bergabung dalam ekosistem kami,” kata Gibran.

Gibran menilai, dengan semakin bertambahnya jumlah pembudidaya ikan dan udang yang menggunakan teknologi eFishery, perputaran ekonomi di sektor perikanan budidaya maupun industri pendukungnya semakin meningkat.

eFishery mencatat lebih dari 13.000 ton ikan hasil panen pembudidaya telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia pada 2021.

"Bahkan kami mencatat total transaksi yang berhasil kami kumpulkan sebesar Rp 420 miliar dari distribusi ikan dalam negeri dan ekspor udang di tahun 2021 ini," ujar Gibran.

https://money.kompas.com/read/2021/12/16/174611726/potensi-budidaya-perikanan-masih-sangat-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke