Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bank Dunia Gelontorkan Rp 2.245 Triliun Tangani Pandemi, Jumlah Terbesar Sepanjang Sejarah

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan, dana itu digunakan negara berkembang untuk mengatasi pandemi baik dari sisi kesehatan, ekonomi, dan sosial.

Tak heran, penggelontoran dana itu menjadi yang terbesar dalam sejarah.

Dengan bantuan dana tersebut, negara-negara berkembang mampu mengevaluasi kesenjangan kapasitas kesehatan, membiayai sistem kesehatan, mengamankan vaksin, dan mengakselerasi vaksin di negara-negara termiskin.

"Tanggapan Grup Bank Dunia senilai 157 miliar dollar AS terhadap Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya. Itu adalah pertumbuhan tercepat dan terbesar dalam sejarah kami," kata Malpass dalam High-Level Seminar 1st FMCBG G20 Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Malpass mengungkapkan, penggelontoran dana masih terus dilakukan. Sampai minggu lalu, pembiayaan dari Bank Dunia telah membantu 67 negara membeli lebih dari setengah miliar dosis vaksin.

Pendanaan juga diarahkan untuk melindungi orang miskin dan rentan, mendukung bisnis, melakukan pelatihan kerja guna mendukung pemulihan ekonomi yang lebih luas.

Kesiapsiagaan dan pembangunan untuk masa depan, kata Malpass, adalah inti dari misi Bank Dunia melalui proyek-proyek kesehatan yang komprehensif.

"Kami bekerja untuk memperkuat sistem kesehatan di lebih dari 100 negara dengan portofolio aktif senilai total 30 miliar dollar AS," bebernya.

Selain pendanaan tersebut, dukungan Bank Dunia juga dilakukan melalui Internasional Finance Corporation (IFC). Asal tahu saja, IFC merupakan cabang pengembangan sektor swasta Bank Dunia dengan platform kesehatan senilai 4 miliar dollar AS.


Afrika

Malpass bilang, IFC secara aktif membantu memperluas produksi vaksin pasar negara berkembang terutama di Afrika. Di sisi lain, Bank Dunia pun menjalin kerja sama dengan mitra internasional dan regional, seperti UNICEF, WHO, Gavi, Covax, Afrika Union, dan Paho.

"Di Afrika, kami telah bekerja sama dengan negara-negara, kelompok-kelompok, dan badan-badan regional untuk memperkuat pengawasan penyakit, sistem peringatan dini, kapasitas pengujian laboratorium, dan sumber daya manusia," jelas Malpass.

Lebih lanjut Malpass mengucapkan, proyek peningkatan sistem pengawasan penyakit regional telah mendukung 16 negara di Afrika Tengah dan barat dengan pembiayaan dari International Development Association (IDA) dan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD).

Lalu, pihaknya juga mendukung Centre for Disease Control and Prevention (CDC) Afrika, yang dibentuk setelah krisis Ebola untuk meningkatkan koordinasi.

"Lonjakan besar dalam pembiayaan bank dunia dimungkinkan karena beberapa aspek kunci dari struktur keuangan Bank Dunia, termasuk peningkatan modal IBRD dan IFC baru-baru ini," tandas Malpass.

https://money.kompas.com/read/2022/02/18/081000426/bank-dunia-gelontorkan-rp-2.245-triliun-tangani-pandemi-jumlah-terbesar

Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke