Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Safe-Haven Yen Catat Pelemahan Terburuk dalam 20 Tahun terhadap Dollar AS

YEN Jepang mencatatkan level terendah terhadap dollar AS dalam dua dekade terakhir, Rabu (13/4/2022). Ini memperpanjang tren pelemahan yen karena kesenjangan yang makin lebar antara kebijakan ultra-longgar Jepang dan pengetatan oleh The Fed di Amerika Serikat.

Meski yen secara tradisional punya julukan sebagai mata uang safe-haven, ketidakpastian global akibat invasi Rusia ke Ukraina justru tidak membuat yen perkasa.

Sebaliknya, langkah pengetatan The Fed menuju kebijakan yang lebih agresif dan kejutan lonjakan harga minyak di Jepang—yang adalah pengimpor utama minyak dunia—, menurut para analis menjadi sentimen yang mendorong pelemahan yen.

Selepas jeda perdagangan siang, Rabu sekitar pukul 13.30 WIB, satu dollar AS bernilai setara dengan 126 yen, kurs terendah yen sejak 2002.

"Yen Jepang telah menjadi salah satu mata uang terlemah di dunia tahun ini," kata kelompok perbankan Belanda ING dalam komentarnya baru-baru ini, seperti dikutip AFP.

Yen telah melemah 10 persen terhadap dollar AS pada 2021, setelah empat tahun berturut-turut sebelumnya stabil menguat.

Menurut ING, badai sempurna telah tercipta dari relasi The Fed yang mengambil langkah hawkish, Bank Sentral Jepang (BoJ) yang dovish, dan guncangan perdagangan negatif Jepang sebagai importir utama bahan bakar fosil.

Bank Sentral AS, The Fed, telah mengambil langkah hawkish karena memulai jalur pengetatan yang agresif, yang mendorong imbal hasil treasury Amerika sehingga memperkuat dollar AS atas yen.

Sebelumnya, Rabu, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan bank sentral akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam upaya mencapai target inflasi dua persen yang telah lama dipegang.

"Mengingat situasi ekonomi dan harga, Bank of Japan akan berusaha mewujudkan target inflasi dua persennya ... dengan terus melanjutkan pelonggaran moneter yang kuat saat ini," kata Kuroda seperti dikutip AFP. 

Memukul daya beli domestik

UBS dalam catatannya yang dikutip AFP mengatakan bahwa pelemahan yen kemungkinan akan memukul daya beli rumah tangga Jepang dan usaha kecil berorientasi domestik yang akan menghadapi biaya impor yang lebih tinggi.

"Pemerintah menawarkan dukungan fiskal dan kemungkinan besar akan memperluas dukungan. Kami pikir intervensi pembelian JPY dimungkinkan jika laju depresiasi dianggap terlalu cepat," lanjut catatan bank Swiss tersebut.

Meski demikian, UBS tidak menutup kemungkinan BoJ melakukan penyesuaian untuk mengatasi kritik publik atas depresiasi yen, sembari menambahkan bahwa BoJ di kepemimpinan Kuroda telah cukup fleksibel dan pragmatis dalam kebijakan-kebijakan sebelumnya.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tidak berkomentar langsung tentang penurunan yen ketika ditanya pada Selasa (12/4/2022), tetapi menekankan pentingnya stabilitas nilai tukar mata uang asing.

"Saya akan menahan diri untuk tidak mengomentari tingkat nilai tukar, tetapi stabilitasnya penting dan saya pikir fluktuasi yang cepat tidak diinginkan," ujar dia seperti dikutip AFP.

Efek tak biasanya

Pelemahan yen terhadap dollar AS yang terus berlanjut, disebut tak selalu berarti efek buruk melulu bagi perekonomian Jepang secara luas. Pelemahan mata uang safe-haven ini diyakini membantu perusahaan eksportir blue-chip seperti Toyota Motor Corp.

Namun, narasi itu semakin banyak mendapat tentangan, seturut lonjakan harga komoditas yang juga memukul sejumlah bisnis dan konsumen, lebih keras dibanding masa-masa sebelumnya. 

"Efek negatif, atau risiko dari pelemahan yen yang sekarang kita lihat, belum pernah terjadi sebelumnya," kata Eiji Hashimoto, ketua Federasi Besi dan Baja Jepang, seperti dikutip Bloomberg di edisi tayang Kamis (7/4/2022),

Hashimoto menambahkan, pelemahan yen pada masa-masa lalu cenderung menguntungkan bagi produsen baja dan industri lain. Namun, lonjakan biaya energi yang berbarengan terjadi dengan kenaikan harga material saat ini menurut dia benar-benar terasa berbeda.

Setahun ini, harga material sudah melonjak 15 persen dan diperkirakan masih akan berlanjut. Harga-harga barang modal untuk perusahaan disebut naik dengan kecepatan tertinggi dalam 40 tahun terakhir, termasuk 25 persen kenaikan besi dan baja pada Februari 2022. 

"Bahan baku kami makin dan makin mahal. Tidak ada keuntungannya bagi kami," kata Hidemi Moriya, petinggi produsen barang berbahan besi di Nagano Jepang, seperti dikutip Bloomberg.

Selama bertahun-tahun, pelemahan yen terhadap dollar AS akan membawa sejumlah keuntungan bagi para eksportir untuk lebih kompetitif di pasar global, sekalipun menambah beban biaya impor dan ongkos akuisisi perusahaan di luar negeri menjadi lebih mahal. 

Namun, saat ini pelemahan yen terhadap dollar AS hanya memberikan dampak yang terasa lebih memukul bagi perusahaan kecil, termasuk pemasok suku cadang bagi pabrikan besar otomotif setempat. 

Padahal, kata Moriya, dalam industri otomotif tak segampang itu untuk membuat pernyataan semacam, "Kami tak akan memasok suku cadang kalau harga tidak dinaikkan." Yang terjadi, margin keuntungan perusahaan yang diiris menjadi makin tipis. 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

https://money.kompas.com/read/2022/04/13/154255126/safe-haven-yen-catat-pelemahan-terburuk-dalam-20-tahun-terhadap-dollar-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke