Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Platform Capitalism hingga Cognitive Capitalism: Mengkritisi Orang Terkuat di Dunia

Dia tercatat sebagai CEO Tesla, perusahaan mobil paling berharga di dunia karena bakal menjadi pemain terdepan dalam mobil listrik dan otomatik.

Dia juga menjadi bos SpaceX, industri transportasi antariksa yang bakal menjadi terdepan dalam bisnis wisata aerospce bahkan mengkreasi komunitas di Mars sebagai mimpi besarnya.

Serta, paling akhir dan paling heboh, tatkala dia mengakuisisi Twitter senilai Rp 635 triliun. Sebagaimana kita tahu, Twitter merupakan salah satu raksasa jejaring sosial dunia selain Facebook alias Meta besutan Mark Zuckerberg.

Menarik mencermati lebih lanjut bagaimana persaingan impian dan ambisi kedua sosok ini di masa datang, akankah sungguh memajukan peradaban umat manusia ataukah memacu akumulasi kekayaan guna mengendalikan dunia?

Disrupsi digital dan segenap rangkaian proses transformasi digital yang menyertainya, telah membuka pandora ketidak-pastian (uncertainty) dan inilah musuh utama yang mesti dihadapi tanpa pandang bulu.

Ketidakpastian menjadi sumber kegelisahan banyak orang dan para pemimpin, bahkan merupakan ancaman nyata akan zona nyaman, kemapanan, termasuk sistem pendidikan yang selama ini menjadi sektor paling lebam dan ‘resisten’.

Dalam berhadapan dengan ketidakpastian ini, harapan (hope) menjadi variabel kunci sekaligus determinan utama khususnya bagi kaum muda (milenial).

Kaum muda yang penuh harapan dan terkoneksi secara digital adalah aset utama yang menginspirasi dalam mengakselerasi kreatifitas dan inovasi dalam komunitas.

Akan tetapi, di balik semua itu, pelan namun pasti tetaplah membuncah rangkaian kecemasan akan makin merajalelanya digital capitalism, platform capitalism hingga cognitive capitalism yang berpotensi besar mendominasi bahkan mengendalikan kehidupan kita.

Pada titik ini, ada baiknya terlebih dahulu kita pahami pemikiran Werner Sombart (1863–1941), seorang sosiolog dan ekonom Jerman, di mana pada tahun 1902 dia menerbitkan buku Der moderne Kapitalismus (Kapitalisme Modern).

Sombart mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem ekonomi didominasi oleh modal yang difokuskan pada perolehan uang dengan persaingan dan peningkatan produktivitas teknologi.

Ditandaskannya bahwa teknologi kapitalis harus menjamin tingkat produktivitas yang tinggi. Karakteristik teknologi sistem kapitalis juga harus paling siap untuk perbaikan dan kesempurnaan serta mengutamakan perbaikan teknis yang konstan adalah senjata penting di tangan pengusaha kapitalis, guna memperluas pasarnya dengan menawarkan barang-barang yang unggul dalam kualitas atau lebih rendah harganya.

Selain itu dia menekankan semangat dari kapitalisme yang didominasi oleh tiga ide: akuisisi, kompetisi, dan rasionalitas. Elon Musk tergolong khatam mengimplementasikan hal ini.

Selanjutnya, perlu juga kita pahami variasi pendekatan kapitalisme Hall dan Soskice (2001) didasarkan pada kelembagaan ekonomi politik.

Mereka melihat perusahaan sebagai aktor sentral dalam kapitalisme yang berkiprah dalam lima bidang, yakni: pertama, bidang hubungan industrial di mana kondisi kerja ditentukan.

Kedua, bidang lingkup hubungan antara perusahaan dan karyawan mereka. Ketiga bidang hubungan antar perusahaan.

Keempat bidang lingkup tata kelola perusahaan. Kelima, bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Hall dan Soskice memahami kapitalisme bukan hanya sebagai sistem ekonomi, tetapi sebagai sistem ekonomi ditambah tata kelola dan hubungan pendidikannya.

Bidang terakhir inilah yang mengutamakan institusi budaya yang penting dalam definisi makna, ideologi, pengetahuan, serta reproduksi tubuh dan pikiran, terutama sistem media, hiburan, olahraga, perawatan kesehatan, dan sistem akademik. Inilah tantangan kita bersama.

Lalu, konsep kapitalisme digital mulai marak diperkenalkan sejak akhir 1990-an, guna menekankan peran teknologi digital dalam keberhasilan globalisasi ekonomi.

Christian Fuchs (2020), dalam bukunya Marxism: Key Ideas in Media & Cultural Studies, mendefinisikan kapitalisme digital sebagai salah satu dimensi kapitalisme yang dikenal selama ini, yaitu “bagian dari kapitalisme yang diorganisir di sekitar produksi komoditas digital dan produk digital”.

Oleh karena itu, kapitalisme digital dapat dipahami sebagai lapisan atau dimensi sistem kapitalis tahap baru, karena dimensi ini mengambil peran utama dalam perekonomian tetapi tidak mengubah dinamika dasar sistem itu sendiri, masyarakat kapitalis tetap sama pada tingkat paling dasar dan berubah pada tingkat organisasi yang lebih tinggi melalui aplikasi teknologi digital beserta aneka perangkat penggunaan, aplikasi atau platform.

Platform bertanggung jawab atas pengelolaan pasar digital, yang membuka siklus baru ekstraksi nilai-nilai kehidupan dan akumulasi modal.

Dengan menggabungkan teknologi hardware dan software, platform membantu mengembangkan layanan atau produk yang ditawarkan oleh sebuah bisnis agar dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik melalui aplikasi yang di-hosting di dalamnya.

Tak berlebihan bila kita simpulkan bahwa platform dan aplikasi adalah bagian dari software yang bekerja secara berkesinambungan.

Platform sebagian infrastruktur yang memungkinkan aplikasi untuk dijalankan dalam sebuah perangkat. Sementara aplikasi adalah fasilitas yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan untuk mendukung kebutuhan penggunanya agar bisa memanfaatkan layanan atau produk yang mereka tawarkan. Relevansinya dalam ekonomi baru telah mengarah pada konsep "kapitalisme platform" (Srnicek 2016).

Adapun kapitalisme kognitif (cognitive capitalism), adalah mode di mana kapitalisme melanggengkan dirinya sendiri ketika kategori-kategorinya telah kehilangan relevansinya, ia melanggengkan dirinya dengan menggunakan sumber daya yang melimpah, serta kecerdasan manusia guna menghasilkan kelangkaan.

Produksi kelangkaan dalam situasi kelimpahan potensial ini terdiri dari membangun hambatan terhadap sirkulasi dan pengumpulan pengetahuan. Nah, pada titik inilah kerentanan itu mulai merebak.

Artinya, kita semua tidak hanya kian terkungkung dalam ketergantungan akan perangkat digital (platforms) tetapi juga diatur bahkan dihambat dalam dinamika proses akumulasi dan sirkulasi pengetahuan yang amat kita butuhkan bagi kemajuan komunitas bangsa.

Seperti halnya globalisasi, finansialisasi dan akselerasi budaya konsumen dan komodifikasi, digitalisasi merupakan salah satu faktor yang mendorong konvergensi kapitalisme nasional.

Teknologi digital memiliki fitur untuk membantu melampaui batas, yang dalam kondisi kapitalis telah memajukan konvergensi masyarakat kapitalis.

Dengan hampir dua pertiga populasi dunia online saat ini, kita memasuki fase 'after access', di mana akses saja tidak cukup.

Aspek-aspek seperti kualitas akses, penggunaan teknologi digital yang efektif, lembaga yang bertanggung jawab, kebijakan tata kelola data yang kuat, dan menumbuhkan kepercayaan merupakan faktor yang lebih besar dalam menentukan daya saing dan keberlanjutan digitalisasi nasional bagi kemajuan bangsa.

Dari sudut pandang ini, dampak perusahaan digital melampaui komoditas yang mereka produksi atau pangsa pasar mereka, dalam arti bahwa mereka memungkinkan rezim akumulasi dan kontrol sosial baru.

Inilah yang, sekali lagi, perlu kita siapkan pola-pola antisipasinya secara menyeluruh, tanpa sekat, sehingga kita tak hanya terlena menikmati berbagai kemudahan yang ditawarkan serta tetap bersikap kritis konstruktif tanpa nada antipati!

https://money.kompas.com/read/2022/05/03/063000026/platform-capitalism-hingga-cognitive-capitalism--mengkritisi-orang-terkuat-di

Terkini Lainnya

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke