Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Data Ekonomi RI Positif, BI Diminta Tak Terapkan Kebijakan Moneter Restriktif

Dia mengatakan, sejalan dengan laju pengetatan The Fed, BI sempat melakukan penyesuaian suku bunga untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menopang Rupiah. Meskipun BI menyatakan prioritasnya untuk menjaga stabiitas nilai tukar, namun momentum pertumbuhan ekonomi masih tetap diperhatikan.

“Proyeksi pertumbuhan PDB 2023 di kisaran 4,6–5,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global maupun negara berkembang lainnya. Inflasi yang relatif terkendali dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beroperasi di atas potensinya membuat Bank Indonesia tidak perlu serestriktif negara-negara lain,” kata Ezra dalam siaran pers, Senin (28/11/2022).

Ezra mengungkapkan, penerapan kebijakan moneter restriktif oleh The Fed dalam memerangi inflasi terbukti mendorong penurunan inflasi di AS. Meskipun masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis selama ini, dari sisi permintaan, dampak suku bunga tinggi dan likuiditas yang semakin ketat berpotensi menekan laju konsumsi masyarakat.

Sementara dari sisi pasokan, salah satu faktor utama yang membuat inflasi melonjak, terus menunjukkan perbaikan seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Data terkini seperti volume bongkar muat dan biaya pengapalan kontainer terus menurun dan kelangkaan barang di sektor ritel sudah membaik. Kondisi ini diharapkan dapat menyebabkan ekspektasi turunnya tekanan inflasi.

“Hal ini sudah mulai terlihat dari data inflasi umum Oktober yang turun ke level 7,7 persen YoY dibandingkan 8,2 persen YoY sebulan sebelumnya. Inflasi inti, yang tidak mengikutsertakan komponen volatil seperti pangan dan energi, juga turun ke 6,3 persen YoY dari 6,6 persen sebulan sebelumnya,” kata Ezra.

Data-data tersebut juga disambut baik oleh pasar obligasi dunia dan domestik. Imbal hasil Treasury AS mengalami penurunan 4 persen, dan arus masuk terjadi pada pasar obligasi domestik, membawa penurunan imbal hasil yang cukup signifikan.

“Walaupun kesinambungannya ke depan masih perlu dicermati, setidaknya terlihat pengetatan moneter dan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan The Fed mulai membuahkan hasil,” lanjut dia.

Di sisi lain, The Fed menyampaikan bahwa peningkatan suku bunga dapat berjalan lebih gradual untuk memberikan kesempatan pada ekonomi untuk merespons kenaikan sebelumnya. Dengan kenaikan suku bunga secara gradual akan memberikan ruang bagi ekonomi untuk melakukan penyesuaian secara bertahap dan kebijakan moneter bisa menjadi lebih fleksibel.

Namun sisi negatifnya, terminal rate atau puncak kenaikan suku bunga menjadi lebih tinggi. Saat ini pasar memperkirakan terminal rate meningkat menjadi 5,0–5,1 persen di bulan Mei 2023 dari perkiraan sebelumnya 4,8–4,9 persen di bulan Maret 2023.

“Kami memperkirakan The Fed dapat saja berubah haluan menjadi lebih akomodatif, terutama jika data-data ekonomi mulai beralih ke arah pelemahan dan inflasi turun secara konsisten,” lanjut dia.

https://money.kompas.com/read/2022/11/29/060800626/data-ekonomi-ri-positif-bi-diminta-tak-terapkan-kebijakan-moneter-restriktif-

Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke