Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Bimo Garap Shrelo, Produk Unik Tas Tabung Gas hingga Kaleng Kerupuk yang Jadi Buruan Pencinta Fesyen

Shrelo sendiri bisa disebut sebagai UMKM yang membuat produk kamuflase (tiruan) berbahan dasar kain dengan teknik cetak atau printing.

Beberapa contoh produk Shrelo misalnya tas berbentuk tabung gas, bantal leher berbentuk udang, tas berbentuk kelang kerupuk, selimut terlur ceplok, dan tempat pensil berbentuk ikan.

Produk-produk bentuk unik tersebut kini jadi buruan pencinta fesyen. Padahal awalnya sang pemilik sempat ragu saat akan memproduksinya. 

Lantas, bagaimana upaya sang pemilik produk Shrelo, membesarkan usahanya? Berikut cerita Bimo, sang pemilik, saat ditemui Kompas.com di sebuah acara UMKM di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Abimono, pemilik Shrelo yang lebih suka disapa Bimo bercerita jika ia mulai memiliki keberanian untuk mewujudkan ide kreatifnya menjadi produk nyata sejak tahun 2016. 

Awalnya bantu istri jalankan bisnis printing

Sebelum menggarap Shrelo, Bimo masih merupakan karyawan suatu perusahaan. Sembari itu, ia membantu istrinya menjalankan sebuah usaha bisnis printing yang bergerak di bidang fesyen sejak tahun 2012.

Bimo bercerita, usaha printingnya ini sempat beberapa kali gagal. Namun, sempat pula ia menggarap beberapa pesanan rumah makan terkait kebutuhan interior sampai cinderamata.

Sampai suati ketika, muncul ide Bimo untuk menggarap produk unik. Bimo saat itu merasa perlu mengembangkan bisnisnya. Lantaran, terlalu sering menggarap pesanan pihak luar, nama Shrelo jadi kurang didengar dan berkembang.

"Pertama itu kami buat tempat pensil bentuknya ikan. Dari sana kami sadar ternyata masyarakat itu tidak suka barang yang biasa-biasa aja, justru yang aneh-aneh," kata Bimo ketika ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (9/2/2023).

Dari titik tersebut, ia mulai berkreasi dengan membuat berbagai produk seperti bantal leher berbentuk udang, tempat pensil berbentuk udang, tas berbentuk tabung gas, selimut telur ceplok, dan tas berbentuk kaleng kerupuk.

Asal mula nama Shrelo

Untuk melindungi produk-produk uniknya dari pemalsuan, Bimo telah mendaftarkan produknya sebagai hak kekayaan intelektual (HKI).

Bimo menceritakan, nama Shrelo sendiri dipilih tanpa alasan khusus. Ia sengaja memilih nama yang aneh dan penyebutannya sulit. Hal ini semata-mata untuk memberikan daya tarik pada masyarakat.

"Arti Shrelo sendiri tidak ada. Itu kami hanya cari yang nama yang aneh dan penyebutannya sulit saja," kata Bimo sambil tersenyum kecil.


Viral gara-gara tas bentuk kaleng kerupuk dan selimut telur ceplok

Produk Shrelo mulai dikenal masyarakat luas ketika sempat viral pada tahun 2018 dengan tas berbentuk kaleng kerupuk dan selimut anak berbentuk telur ceplok.

Dari sana, Bimo kemudian mantap menekui bisnis dengan dasar cetak printing dan ketrampilan jahit ini.

Mencoba menangkap peluang, untuk desain kaleng kerupuk sendiri, ia sampai memiliki beberapa turunan produk seperti tas punggung, tas selempang, tas belanja, sampai tas souvernir.

"Itu sekaligus mendukung gaya hidup masyarakat untuk mengurangi sampah plastik," imbuh dia.

Teranyar, tahun lalu Bimo meluncurkan produk tas berbentuk tabung gas 3 kg. Meskipun dapat dibilang telah sukses, sempat muncul keraguan saat Bimo melontarkan ide ini di depan istrinya.

"Tas kaya gitu siapa yang mau pake, emang yakin laku," ujar Bimo menirukan istrinya.

Usahakan tak PHK karyawan saat pandemi Covid-19

Seperti kebanyakan UMKM lainnya, masa pandemi Covid-19 juga jadi masa yang menantang untuk bisnis Shrelo.

Ia mengaku omzet penjualannya pernah merosot mulai 50-70 persen. Namun begitu, ia enggan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya.

Sekarang, selain membuat barang-barang yang unik, Shrelo juga mengajak ilustrator dan UMKM lain untuk mewujudkan idenya menjadi produk berbasis tekstil.

Shrelo akan bertindak sebagai eksekutor produk hingga pemasarannya.

"Jadi kami kerja sama dengan ilustrator lokal, mereka mengirimkan desainnya, nanti kami komersialisasi, kami buatkan bentuk produknya dan dijual. Keuntungannya dibagi," tutur dia.

Bersaing dengan produk luar negeri

Sebagai informasi, untuk membeli tas dengan bentuk tabung gas, Bimo membanderolnya dengan harga Rp 230.000.

Sedangkan, tas belanja berbentuk kaleng kerupuk berbahan taslan memiliki varian harga mulai Rp 40.000-Rp 70.000.

Meskipun begitu, Bimo masih kerap berhadapan dengan orang yang masih memandang produk lokal sebelah mata.

"Kadang dilema juga, banyak orang yang bilang tas ini mahal walaupun ada yang bilang murah juga, padahal ini produk lokal semuanya bahan dari lokal," terang dia.

Bimo sendiri saat ini harus bersaing dengan produk tekstil dari luar negeri yang mampu menawarkan harga jauh di bawah produk lokal.

Untuk itu, ia berharap masyarakat bisa lebih mendukung produk UMKM lokal yang semua materialnya berasal dari Indonesia. Ia juga bergabung dengan salah satu platform online, untuk memperluas jangkauan pemasarannya. 

"Sekarang kami langsung bersaing dengan barang impor yang berani jual lebih murah. Sementara produk lokal juga kadang bahannya impor, sementara kami 100 persen dari Indonesia," tandas Bimo.

https://money.kompas.com/read/2023/02/10/134500426/cerita-bimo-garap-shrelo-produk-unik-tas-tabung-gas-hingga-kaleng-kerupuk-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke