Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tantangan dan Peluang Pertanian di Indonesia

President Director Syngenta Indonesia Kazim Hasnain menjelaskan sejumlah tantangan pertanian RI. Pertama, tantangan ketahanan pangan di RI, karena ada yang harus diimpor dari luar.

"Misalnya saja tanaman padi, hasil produksi rata-ratanya masih kurang dibanding negara lain. Oleh karena itu pertanian padi harus ditingkatkan, krn 20 juta orang di Indonesia masih berusaha penuhi kebutuhan gizi, juga masih ada stunting," kata Kazim dalam acara Media Gathering di Cikampek, Selasa (14/3/2023).

Tantangan kedua, lanjut Kazim, yakni perubahan iklim. Tantangan ini soal ketersediaan air dan perubahan pola tanam. Tantangan ketiga, jumlah petani yang terus berkurang dan di sisi lain hama dan penyakit tanaman juga bertambah.

Dari situ, apa peluang pertanian RI?

Menurut Kazim, ada sejumlah peluang yang bisa ditingkatkan dari pertanian RI saat ini.

Pertama, jagung. Saat ini RI sudah swasembada, sehingga ke depan bisa jadi negara pengekspor jagung.

"Kami sendiri akan bantu pemerintah capai program ekspor 200.000 ton jagung ke luar RI tahun ini, kami prioritaskan pasar RI dl dibanding luar negeri. Pasar luar negeri yakni Malaysia, Filipina, Vietnam. Tahun lalu ekspor 160.000 ton. Ini program pemerintah," ujar Kazim.

Kedua, padi, produktivitas 5,3 ton per hektar, jika produktivitas bagus dan naik 10 persen saja, bisa hasilkan 1,5 miliar dollar AS ke PDB.

"Oleh karena itu misi Syngenta, kami di sini untuk support petani dan kami beri solusi pertanian berkelanjutan agar petani hidup lebih sejahtera," lanjut Kazim.

"Kami juga bentuk ekosistem pertanian bernama Centrigo untuk harga panen lebih tinggi. Diharapkan dengan ekosistem ini generasi muda atau milenial juga tertarik masuk ke dunia pertanian," kata Kazim.

"Pertanian sangat penting bagi perekonomian negara. Sangat penting semua stakeholder bekerja sama agar petani bisa lebih sejahtera. Jika petani bahagia, semua makan makanan enak, negara juga bahagia," lanjut Kazim.


Solusi drone

Midzon Johannis, Head of Business Sustainability Syngenta Indonesia mengatakan, drone jadi solusi pertanian masa depan.

Hal ini lantaran jumlah petani turun, oleh karena itu Syngenta berupaya jangkau anak-anak muda masuk ke pertanian dengan pelatihan.

"SDM pertanian turun maka penggunaan teknologi dan aplikasi sangat penting misal dengan drone, 1 hektar hanya 15 menit, bisa 1 orang yang garap. Sehingga keamanan dapat, efisiensi dapat," kata Midzon.

Nanin Noorhajati, Crop Protection Development Head Syngenta Indonesia menambahkan, drone untuk penyemprotan pestisida tinggi terbang 1,5 meter-2 meter, atau paling tinggi 3 meter.

"Ini supaya penyemprotan enggak melebar dan sebabkan tanaman lain terdampak," kata Nanin.

Syngenta terus berinovasi

Nanin menambahkan, untuk RnD inovasi benih dan chemical, Syngenta global menginvestasikan dana 1 miliar dollar AS yang hasilnya untuk seluruh dunia.

Saat ini Syngenta sudah hasilkan 7 benih jagung hybrid unggulan dengan pangsa pasar tertentu.

"Syngenta pemain terbesar di seed jagung. Inovasi kami, dulu satu benih butuh 6-8 tahun, sekarang dengan inovasi teknologi produksi 1 benih unggul hanya butuh 3-4 tahun sehingga saat ini sudah launching 7 hybrid," pungkas Fauzi Tubat, Seed Business Head of Syngenta Indonesia.

https://money.kompas.com/read/2023/03/14/125130026/tantangan-dan-peluang-pertanian-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke