Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Sukses Petani Milenial di Pacitan, Ekspor Gula Aren ke Kanada dengan Omzet Belasan Juta Rupiah

KOMPAS.com – Bisnis yang sukses membutuhkan kemampuan yang cermat dalam membaca peluang. Selain berfokus pada kegiatan penjualan, kemampuan memahami keinginan pasar dan mengidentifikasi peluang yang ada sangat penting untuk meningkatkan kinerja bisnis.

Hal itu dipahami betul oleh Gusti Ayu Ngurah Megawati, pelaku usaha muda pertanian dari Kabupaten Pacitan Jawa Timur (Jatim) yang meraih omzet belasan juta dan menembus pasar global.

Perempuan yang akrab disapa Mega itu menuturkan, dia termotivasi melihat potensi aren di desanya kemudian mencoba memaksimalkannya sebagai salah satu pohon konservasi untuk lingkungan.

“Potensi aren sangat besar, jika hanya dibiarkan, bisa saja akan hilang dan tinggal legenda. Padahal peminat gula aren saat ini sedang hits,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (3/4/2023).

Mega menyebutkan, potensi aren di Pacitan sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ekspor aren, dia berfokus pada satu kelompok tani (poktan) yang beranggotakan 70 petani aren.

Saat ini, Mega memiliki dua poktan, yaitu Poktan Hutan Aren Lestari dan Poktan Akur 10. Dia mengaku, konsep usaha yang diterapkan adalah green business atau bisnis berkelanjutan.

Dia menjelaskan, pohon aren dapat dimanfaatkan sebagai pohon konservasi karena sangat berpengaruh untuk ekosistem alam di suatu wilayah. Sejak zaman dulu juga pohon aren tergambarkan di relief beberapa candi.

“Produk turunan atau hasil olahan yang telah kami hasilkan ada enam varian, yakni cetak keping, mini cube, cair (liquid), semut (bubuk), kopi gula aren, dan jahe merah gula aren (bubuk),” paparnya.

Mega menyatakan, keunggulan produknya dibanding produk lain adalah terbuat dari nira aren asli yang memiliki rasa khas atau tidak ada di daerah lain.

“Karena laru yang kami pakai di bumbung menggunakan cacahan temulawak dengan pengolahan di satu rumah produksi sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Saat ini, produk gula aren Mega sudah mengantongi izin dari Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), uji lab dari Sucofindo, dan proses standar nasional Indonesia (SNI) dari Badan Standarisasi Nasional.

“Ke depan kami harapkan support dari pemerintah pusat, khususnya seperti program sertifikat organik. Sebab, selama ini banyak permintaan dari buyer yang mengharuskan memiliki sertifikat tersebut,” ujarnya.

Potensi dan pemasaran

Lebih lanjut, Mega mengatakan, pemanfaatan produk aren saat ini sangat potensial, khususnya sebagai substitusi komoditas gula tebu.

“Menurut informasi dari buyer saya, di luar negeri mulai banyak yang beralih ke gula aren untuk konsumsi pengganti gula tebu,” ungkapnya.

Namun, dia menilai, komoditas aren akan punah karena tidak ada pasar yang menyerap produknya jika tidak ada campur tangan pemerintah.

Untuk itu, Mega mulai mengembangkan komoditas aren untuk pasar ekspor sejak pertengahan pandemi Covid-19 pada Mei 2020. Dia berhasil mengekspor produknya ke beberapa negara, salah satunya Kanada.

“Pada Februari 2023, kami sudah ekspor gula aren cair (liquid arenga palm sugar) sebanyak 1,3 ton ke Kanada,” ungkapnya.

Dia juga menyebutkan, dari sisi ekonomi produk olahan aren bagus karena bisa menjadi pendapatan harian bagi para petani. Terlebih, saat ini pihaknya bisa melakukan dua kali penderesan per hari.

Mega menambahkan, pihaknya juga gencar melakukan promosi untuk mengenalkan produk olahannya, seperti melalui media sosial dan reseller.

“Kami juga mempromosikan produk kami di beberapa e-commerce, seperti Shopee, Tokopedia, dan alibaba.com, serta laman gulaarentemon.com,” jelasnya.

Mega pun mengajak generasi muda terlibat langsung dalam pengembangan aren. Dia menilai, para milenial bisa memilih jalur yang bisa dikerjakan sesuai minat dan bakat, baik dari hulu ke hilir.

Dia juga berpesan, milenial saat ini cenderung lebih fokus di lini pemasarannya. Oleh karenanya, aktivitas on farm juga harus tetap dikerjakan dengan serius.

“Untuk menarik minat milenial, saya lakukan dengan membentuk kelompok, diversifikasi produk dan sebagainya, jadi anak-anak dari petani penderes mulai mau belajar mengikuti jejak orangtua meskipun tidak semua. Semoga ke depannya semakin banyak,” ujarnya.

Mega berharap, pemerintah ke depan berperan aktif memberikan solusi terhadap berbagai tantangan di lapangan, seperti kelangkaan aren dan pemberian sertifikat produk organik.

Dia juga berharap pemerintah meningkatkan sarana dan prasarana (sarpras) produksi kelanjutan produk turunan dan pengadaan bibit aren yang bisa tumbuh cepat, seperti genjah karena masa panen aren lokal memerlukan puluhan tahun.

“Tentunya kami perlu informasi tentang pameran produk perkebunan di dalam negeri maupun luar negeri sehingga bisa membuka pasar bagi kami ke depannya. Mungkin ada juga program bela-beli produk turunan perkebunan sehingga terjadi perputaran ekonomi yang signifikan,” harap Mega.

Peningkatan komoditas perkebunan

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alamsyah mengatakan, pihaknya terus berupaya mendorong dan meningkatkan nilai daya saing komoditas perkebunan agar semakin merambah ekspor pasar dunia.

Dia menyebutkan, komoditas perkebunan banyak dilirik dan diminati. Generasi muda pun harus semakin kreatif berkreasi dan berinovasi melahirkan produk-produk olahan komoditas perkebunan yang memiliki banyak turunan, baik dari energi, kesehatan, hingga pangan.

“Dengan tentunya memenuhi standar ramah lingkungan yang berkualitas, aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta dikembangkan secara berkelanjutan dan demi memenuhi permintaan pasar global terhadap produk perkebunan sehingga nanti berdampak positif terhadap pendapatan petani,” katanya.

Andi menambahkan, khusus untuk produk aren saat ini tengah menjadi fokus pengembangan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun)

“Kami jajaran Ditjenbun terus berupaya memfasilitasi petani yang tentunya petani berorientasi ekspor untuk lebih mengembangan pasar aren, baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.

Dia menjelaskan, produk aren untuk ekspor dimanfaatkan sebagai komoditas substitusi gula tebu karena pertimbangan kesehatan.

Andi menuturkan, pihaknya tengah memberikan fasilitasi akses pasar, promosi, alat pascapanen dan pengolahan, serta pengembangan sertifikat produk organik melalui pengembangan desa organik di beberapa sentra produksi.

“Kami harapkan rekan-rekan pelaku usaha dan dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten dapat mengidentifikasi potensi produksi, areal, dan petani yang terlibat untuk dapat kami petakan produk unggulan daerah yang berorientasi ekspor,” terangnya.

https://money.kompas.com/read/2023/04/03/103737626/kisah-sukses-petani-milenial-di-pacitan-ekspor-gula-aren-ke-kanada-dengan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke