Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Terjawab Tantangan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen untuk Jawa Tengah?

TEPAT sebelum pandemi Covid-19 menggempur Indonesia dan dunia, Jawa Tengah ditantang untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 7 persen pada 2023. Ini karena tren yang ada saat itu memperlihatkan ekonomi Jawa Tengah mampu tumbuh melebihi data nasional.

Namun, pandemi lalu datang. Seperti wilayah lain yang menerapkan pembatasan aktivitas publik, baik di dalam negeri maupun di tataran global, Jawa Tengah pun harus menerima pertumbuhan ekonomi terpuruk pada tahun pertama pandemi. 

Saat ini, ekonomi Jawa Tengah sudah kembali mendekati tren sebelum pandemi.

Kompas.com pun berbincang dengan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, Selasa (2/5/2023), tentang prospek dan tantangan ekonomi Jawa Tengah pada 2023 ini.

"Target (pertumbuhan ekonomi) 7 persen dapat dicapai beberapa tahun ke depan,"  kata Rahmat membuka perbincangan.   

Syaratnya, sebut dia, ada peningkatan penggunaan teknologi, peningkatan efisiensi ekonomi, sembari mendorong sumber ekonomi baru seperti penerapan ekonomi hijau dan ekonomi sirkular (green and circular economy). 

Ekonomi hijau adalah ekonomi yang ramah lingkungan. Hampir mirip, ekonomi sirkular merupakan konsep ekonomi yang mendorong dan menjaga penggunaan sumber daya selama mungkin, termasuk menerapkan daur ulang dan menggunakan energi terbarukan.

Adapun untuk 2023, Rahmat optimistis ekonomi Jawa Tengah akan tumbuh di kisaran 4,5-5,3 persen.

Sekalipun industri pengolahan ada di Jawa Tengah, kata Rahmat memberikan contoh, dominasi industri di wilayah ini adalah makanan dan minuman yang belum menggunakan teknologi tinggi. 

Namun, Rahmat menyebut situasi ini sebagai potensi sekaligus tantangan yang harus dijawab bersama oleh warga dan aparatur Jawa Tengah. Yaitu, ujar dia, mencari cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa mencapai kisaran level 6-7 persen dengan kondisi dominasi industri yang ada itu.

"Ekonomi seharusnya inklusif sehingga kesejahteraan rakyat terangkat," kata Rahmat.

Menurut Rahmat, Jawa Tengah dapat dipetakan sebagai wilayah dengan pertanian yang dominan. Pertanian di sini adalah dalam konteks luas, yang di dalamnya mencakup pula peternakan, nelayan, dan perkebunan. Jawa Tengah, tegas dia, merupakan lumbung pangan.

"(Tantangannya adalah) hilirisasi pertanian, mengoptimalkan industri makanan dan minuman untuk punya linkage dengan pertanian, sehingga lebih sustain. Bank Indonesia mendukung itu," ungkap Rahmat.

Data inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan disarikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menguatkan sinyalemen soal dominasi pertanian dalam konteks luas tersebut dalam roda perekonomian Jawa Tengah.

Pada April 2023, Jawa Tengah mencatatkan inflasi 0,28 peresn (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi mtm nasional yang ada di level 0,33 persen. Meskipun, inflasi tahunan Jawa Tengah pada April 2023 yang tercatat 4,40 persen masih lebih tinggi dibanding data nasional yang ada di level 4,33 persen. 

Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas angkutan udara seiring dengan penambahan frekuensi penerbangan serta berakhirnya masa berlaku penerapan biaya tambahan (fuel surcharge) yang dikenakan kepada maskapai penerbangan. Penurunan harga avtur juga diperkirakan menjadi penyebab penurunan tarif angkutan udara lebih lanjut.

Sementara itu, beberapa komoditas hortikultura seperti cabai rawit dan cabai merah juga menjadi faktor penahan kenaikan inflasi pada periode ini.

Hal ini terjadi seiring dengan kecukupan pasokannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah. Panen hortikultura tercatat berlangsung sepanjang periode laporan di beberapa daerah, seperti di Temanggung dan Brebes.

Sebagai pengingat pula, berikut ini adalah video percakapan Kompas.com dan Ganjar di sela perjalanan dan agendanya yang berkejaran, Jumat (14/2/2020), tentang tantangan ekonomi Jawa Tengah:

Dalam semua hal itu, Rahmat pun berkeyakinan persoalan sumber daya manusia (SDM) tetap menjadi kunci. Namun, pendekatannya adalah menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat pula. 

"Pendidikan harus mempersiapkan SDM ini sesuai kapasitas yang bersangkutan dan lapangan nyata yang dihadapi," ujar dia memberikan contoh gambaran.

Semua tantangan ini menjadi kembali relevan seturut target pertumbuhan Jawa Tengah untuk 2024-2026 yang disebut dipatok lagi di kisaran 7 persen. Bagaimana warga Jawa Tengah, siap menjawab tantangan pertumbuhan ekonomi ini? 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

https://money.kompas.com/read/2023/05/05/172413626/akankah-terjawab-tantangan-pertumbuhan-ekonomi-7-persen-untuk-jawa-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke