Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Surplus Neraca Dagang RI Susut Jadi 440 Juta Dollar AS, Terendah dalam 3 Tahun Terakhir

Penurunan itu terjadi seiring dengan kinerja ekspor RI yang relatif stagnan. Pada saat bersamaan, nilai impor ke Tanah Air tumbuh pesat.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai surplus perdagangan RI pada Mei sebesar 440 juta dollar AS. Nilai tersebut turun 84,83 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) yang mencapai 2,9 miliar dollar AS.

"Kalau kita perhatikan dari Mei 2020 sampai Mei 2023 ini paling rendah nih surplusnya," ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, dalam konferensi pers, Kamis (15/6/2023).

Surplus pada Mei dibentuk oleh nilai ekspor yang hanya tumbuh sebesar 0,96 persen menjadi 21,72 miliar dollar AS, sementara nilai impor melesat 14,35 persen menjadi 21,28 miliar dollar AS.

Jika dilihat berdasarkan jenis komoditasnya, komoditas non migas kembali menopang surplus neraca dagang, dengan nilai surplus sebesar 2,26 miliar dollar AS. Sementara itu, komoditas lagi-lagi mengalami defisit, kali ini sebesar 1,82 miliar dollar AS.

"Neraca perdagangan Indonesia hingga Mei 2023 suplus selama 37 bulan berturut-turut. Meski demikian, surplus perdagangan Mei ini tercatat lebih rendah," kata Edy.

Anjloknya harga komoditas ekspor unggulan

Kinerja ekspor yang bergerak relatif stagnan salah satunya disebabkan oleh harga komoditas unggulan yang menurun. Hal ini membuat nilai ekspornya menurun, meskipun volumenya meningkat.

"Kenaikan ekspor tertahan oleh penurunan harga komoditas utama ekspor," ujar Edy.

Salah satu komoditas unggulan yang mencatat penurunan ialah besi dan baja. Tercatat ekspor besi dan baja menyusut secara bulanan menjadi 2 miliar dollar AS. Penurunan terjadi meskipun volume ekspor meningkat menjadi 1,5 juta ton.

"Penurunan nilai ekspor komoditas besi dan baja disebabkan oleh penurnan harga menjadi 105,2 dollar AS per metrik ton," kata Edy.

Edy menambah, komoditas unggulan lain yang nilai ekspornya menurun ialah batu bara. Tercatat ekspor batu bara turun menjadi 3 miliar dollar AS. Berbeda dengan besi dan baja, volume dan harga komoditas ini mengalami penurunan secara bulanan.

"Kenaikkan ekspor, yang lebih rendah dibanding peningkatan impor, tertahan oleh penurunan harga komoditas utama ekspor, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, serta besi dan baja," tuturnya.


Impor dari China yang melonjak

Di sisi lain, nilai impor RI mengalami lonjakan yang signifikan. Jika dilihat berdasarkan negara asalnya, China menjadi importir utama ke Tanah Air.

Data BPS menunjukan, nilai impor non migas dari China mencapai 5,95 miliar dollar AS pada Mei lalu. Nilai ini melonjak 17,32 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,07 miliar dollar AS.

Dengan nilai impor tersebut, pangsa impor China terhadap total impor Indonesia mencapai 32,80 persen. Edy bilang, porsi itu menjadi yang paling besar dari negara mitra dagang RI lainnya.

"Secara nilai impor dari China itu sebesar 5,95 miliar dollar AS. Atau share-nya 32,8 persen, ini sepertiganya kali ya," katanya.

BPS mencatat, komoditas China yang nilai impornya meningkat paling signifikan pada Mei lalu ialah, mesin/peralatan mekanis dan bagiannya, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya, serta kereta api, trem, dan bagiannya. Meskipun sejumlah pihak menilai, besarnya impor dari China ke RI disebabkan harga komoditas yang murah, Edy belum bisa mengkonfiramasi hal tersebut.

"Perlu pendalaman lebih lanjut terkait hal tersebut," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2023/06/16/072000326/surplus-neraca-dagang-ri-susut-jadi-440-juta-dollar-as-terendah-dalam-3-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke