Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga Acuan Diprediksi Bertahan

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5 persen dalam pertemuan bulan ini.

Hal tersebut akan dilakukan meskipun inflasi AS pada Agustus kembali naik ke level 3,7 persen secara tahunan. Pada Juli 2023, inflasi AS ada di level 3,2 persen.

Rkonom Bahana TCW Emil Muhamad mengatakan, saat ini bank sentral global sudah mulai menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi.

Langkah itu akan tetap diambil meskipun dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi.

"Kami melihat ke depan bank sentral global segera shifting ke arah growth over stability. Namun perlu dicatat bahwa stability bisa tetap dijaga dengan beragam kebijakan,’’ kata dia dalam keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).

Emil menambahkan, Bank Indonesia (BI) misalnya bisa menempuh kebijakan pro growth melalui kebijakan makroprudensial loan to value (LTV) dan diskon giro wajib minimum (GWM).

Sementara itu, untuk menjaga stabilitas dapat dilakukan dengan kebijakan suku bunga dan melalui sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Namun demikian, pasar akan terkejut bila AS kembali menaikkan suku bunganya. Menurut Emil, kenaikan itu tidak perlu direspons oleh BI dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Bila The Fed menaikkan suku bunganya pada bulan ini, maka untuk pertama kali dalam sejarah, suku bunga acuan AS berada pada level yang sama dengan suku bunga acuan Indonesia sebesar 5,75 persen," imbuh dia.

Hal ini memang akan menambah tekanan terhadap nilai tukar, tetapi bank sentral bisa menjalankan triple intervention dan instrumen barunya, yakni SRBI.

Dalam kondisi global yang penuh tekanan saat ini, menjaga yield differential dianggap lebih penting bagi kebijakan moneter.

Pada pertengahan September 2023 ini, selisih yield surat berharga negara (SBN) dengan surat berharga AS atau  US treasury (UST) tenor 10 tahun telah naik ke 2,35 persen.

Selama selisihnya masih di atas level terendah yang pernah terjadi di 2,12 persen, yield SBN masih cukup menarik bagi investor asing, apalagi pemerintah terus berupaya menekan inflasi domestik.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Agustus sebesar 3,27 persen secara tahunan sehingga inflasi Indonesia sejak Januari hingga Agustus 2023, tercatat sebesar 1,33 persen.

Angka itu masih berada dalam target bank sentral sekitar 2 sampai 4 persen hingga akhir 2023.

"Dengan menjaga yield di pasar keuangan tetap menarik, BI dapat mempertahankan suku bunga meski The Fed masih membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunganya satu kali lagi ke depan,’’ ungkap Emil.

Emil memperkirakan, suku bunga The Fed dan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate tidak akan bergerak hingga akhir tahun meski dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi.

Bank sentral secara global akan lebih mempertimbangkan prospek pertumbuhan dan inflasi di tahun depan dalam menentukan arah kebijakannya hingga akhir tahun ini.

https://money.kompas.com/read/2023/09/19/122700526/dukung-pertumbuhan-ekonomi-suku-bunga-acuan-diprediksi-bertahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke