Kolom Biz
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com untuk edukasi mengenai pertambangan di pulau kecil
Salin Artikel

Mengenal Biodiversitas di Wawonii, Pulau Kecil Kaya Potensi

TUHAN menciptakan bumi dan seisinya untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat. Beruntung, Indonesia merupakan negara besar dengan luas area sekitar 1,905 juta kilometer persegi (km2). Artinya, besar pula potensi sumber daya alam (SDA), baik hayati maupun mineral, yang dapat dimanfaatkan.

Kekayaan alam Indonesia tersebar hampir merata di seluruh wilayah, baik darat, laut, maupun udara, yang terbagi atas lebih dari 17.000 pulau. Tak hanya pulau-pulau besar, tetapi juga menyebar di pulau- pulau kecil.

Contoh kisah mengenai kekayaan alam Indonesia bisa didapat dari Pulau Wawonii, sebuah pulau kecil yang terletak di Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pulau yang hanya memiliki luasan 867,58 km2 itu memiliki biodiversitas menawan yang tetap terjaga kelestariannya di tengah pemanfaatan sumber daya mineral berupa nikel yang kini tengah menjadi primadona di kancah global.

Kekayaan Pulau Wawonii telah lebih dulu dicatat oleh ahli taksonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rugayah dalam buku berjudul Pulau Wawonii: Keanekaragaman Ekosistem, Flora dan Fauna.

Di pulau ini, ditemukan tipe ekosistem mangrove, hutan pantai, hutan pamah atau dataran rendah, hutan pegunungan bawah, dan hutan batuan ultrabasa. Setidaknya, terdapat sekitar 1.000 jenis tumbuhan berpembuluh dan jamur yang menghuni seluruh ekosistem tersebut.

Dari wilayah pantai hingga tengah pulau, pohon kelapa tampak mendominasi. Ada pula cengkih, cokelat, dan jambu mete yang tak hanya dimanfaatkan sebagai ketersediaan pangan lokal, tetapi juga dijual guna pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Fauna Wawonii terus bertahan

Berbicara soal fauna, tentu Pulau Wawonii tak bisa dipandang sebelah mata. Letaknya yang berada di antara garis maya Wallace dan Weber menjadikan wilayah ini termasuk dalam kawasan Wallacea.

Dilaporkan ada sekitar 51 jenis kopepoda, 45 jenis kupu-kupu, 37 jenis ikan sungai air tawar dan payau, 35 jenis reptil dan amfibi, 70 jenis avifauna (burung), serta 29 jenis mamalia.

Setidaknya, itu yang ditemukan pada Survei Pemantauan Wilayah Ekologi yang kami lakukan atas kerja sama sejumlah peneliti dan PT Erdas Dwi Konsultan pada September 2023.

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang kami lakukan pada enam lokasi di bagian tenggara Pulau Wawonii, terlihat bahwa kondisi hutan di sekitar wilayah tersebut masih dalam kondisi baik dengan tutupan vegetasi di atas 90 persen.

Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kekayaan Jenis termasuk dalam kategori tinggi. Tumbuhan bawah dan epifit juga ditemukan melimpah.

Dengan kondisi hutan yang terjaga itu, tak heran bila Pulau Wawonii masih memiliki kekayaan jenis yang tinggi, baik pada taksa burung, mamalia, amfibi, maupun reptil.

Pada taksa burung, kami mendapati tiga jenis burung elang, yakni elang Sulawesi (Nisaetus lanceolatus), elang ular Sulawesi (Spilornis rufipectus), dan elang bondol (Haliastur indus). Ketiganya merupakan burung pemangsa dengan indikator berharga dari kualitas habitat.

Selain itu, kami juga menjumpai burung-burung dari family Alcedinidae dan Halcyonidae.

Kehadiran burung family itu menunjukkan bahwa kualitas perairan—yang merupakan sumber pakan burung tersebut—memiliki kualitas baik.

Adapun pada taksa reptil, survei pemantauan kami menemukan jenis ular Malayapython reticulatus. Keberadaan taksa reptil sangat penting dalam ekosistem. Mereka merupakan spesies pengendali hama dan siklus perputaran nutrisi.

Sementara, pada taksa mamalia dijumpai sejumlah spesies, seperti bajing kelapa (Callosciurus notatus) dan curut (Suncus sp.). Dijumpai pula 7 jenis kelelawar, seperti kelelawar jenis Cypnopterus luzoniensis.

Hal yang tak disangka, survei pemantauan ekosistem juga menemukan jenis amfibi yang tergolong satwa endemik, yakni katak Celebes (Papurana celebensis) dan katak pohon Sulawesi (Polypedates iskandari).

Kualitas ekologi perairan darat dan laut terjaga

Guna memberikan gambaran menyeluruh mengenai biodiversitas di Pulau Wawonii, kami juga memantau kualitas ekologi perairan darat dan laut di kawasan tersebut.

Kami bernapas lega. Pasalnya, kualitas ekologi perairan darat dan laut, khususnya di perairan Roko- Roko, di Pulau Wawonii juga masih terjaga.

Sementara, kondisi ekosistem lamun yang menjadi ekosistem kunci di area pesisir juga masih dalam kategori padat dan kondisi baik dengan kisaran persentase sebesar 64,77 persen sampai 73,67 persen.

Kemudian, indeks keanekaragaman jenis biota perairan, mulai dari plankton, makrobentos, hingga meiobentos, termasuk dalam kategori sedang.

Adapun kualitas in situ tidak melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Logam berat sedimen, seperti kromium oksida (Cr-IV), arsen (As), aluminium (Al), krom total (Cr-Tot), besi (Fe), mangan (Mn), nikel (Ni), timbal (Pb), kobalt (Co), kadmium (Cd), serta merkuri (Hg), tidak melebihi baku mutu menurut United State (US) Environtmental Protection Agency (EPA) dan standar internasional lain sehingga memiliki status tidak tercemar.

Kemudian, logam berat ikan, seperti kromium, mangan, nikel, arsen, timbal, selenium, alumunium, kadmium, dan merkuri, pada bagian ikan, baik di perairan darat maupun laut, juga tidak melebihi ambang batas untuk ikan.

Ambang batas itu masih sesuai dengan standar yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta Organisasi Pangan Dunia (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tanggung jawab bersama

Terjaganya biodiversitas di Pulau Wawonii dengan keanekaragaman flora dan fauna, serta kualitas ekologi yang tergolong baik bukan tanpa alasan.

Seluruh pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta terus berjibaku untuk menjaga biodiversitas di Pulau Wawonii sebagai tanggung jawab bersama.

Keberadaan sektor swasta sendiri tidak bisa dipandang sebelah mata. Sektor ini terus menjalankan perannya untuk melakukan “patroli” biodiversitas di Pulau Wawonii. Peran ini tidak terbatas pada aktivitas monitoring secara berkala saja, tetapi juga menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk memberikan edukasi ke masyarakat dan bahkan solusi atas permasalahan biodiversitas yang ada di Pulau Wawonii.

Berdasarkan observasi kami, kehadiran perusahaan ini sebenarnya menciptakan simbiosis mutualisme dengan keberadaan aturan dan undang-undang yang mengatur ketat penjagaan area hutan. Dengan pemberian izin aktivitas penambangan, secara tidak langsung perusahaan juga wajib bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar beserta biodiversitas di dalamnya.

Di sisi lain, stabilitas ekosistem lingkungan juga sangat dipengaruhi oleh daya dukung lahan dan berbagai aktivitas manusia.

Yang kami sayangkan, Survei Pemantauan Wilayah Ekologi masih menemukan kerusakan terumbu karang di wilayah perairan laut Roko-Roko. Kerusakan ini diindikasikan karena adanya budaya penggunaan bom ikan.

Berdasarkan kondisi serpihan atau patahan karang yang ditumbuhi oleh alga dan lumut, kami melihat kecenderungan kerusakan terumbu karang sebenarnya telah terjadi jauh sebelum adanya operasi pertambangan di Pulau Wawonii.

Di sinilah peran aktif masyarakat dibutuhkan untuk tetap mengedepankan prinsip ramah lingkungan dalam memanfaatkan potensi alam sekitar. Praktik-praktik tak bertanggung jawab seyogianya segera ditinggalkan.

Masyarakat memainkan peran kunci dalam menjaga keberlangsungan kondisi biodiversitas pulau kecil yang merupakan tumpuan bagi kehidupan dan kesejahteraan mereka.

Oleh sebab itu, peneliti berharap, temuan pada Survei Pemantauan Wilayah Ekologi dapat menjadi acuan bersama. Tak hanya bagi pemerintah dan pihak swasta, tapi terutama bagi masyarakat lokal.

Sebab, biodiversitas di Pulau Wawonii nyata adanya dan dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara berkelanjutan. Namun demikian, tanggung jawab bersama untuk mengelolanya secara benar adalah mutlak tanpa tapi.

https://money.kompas.com/read/2024/01/10/083100326/mengenal-biodiversitas-di-wawonii-pulau-kecil-kaya-potensi

Bagikan artikel ini melalui
Oke