Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Swiss, Indofood Paparkan Strategi Dukung Ketahanan Pangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Axton Salim memaparkan sejumlah strategi perseroan dalam mendukung ketahanan pangan di ajang Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum di Davos, Swiss.

“Ketahanan pangan merupakan tantangan utama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana akses terhadap makanan yang cukup dan berkualitas masih sulit. Keterjangkauan adalah kuncinya," kata Axton dalam keterangan resmi, Jumat (19/1/2024).

Dengan demikian, imbuh Axton, penting sekali untuk terus berinovasi dalam memproduksi pangan tanpa membebani biaya pada konsumen.

Axton memaparkan beberapa inisiatif dan inovasi yang dilakukan oleh Indofood.

“Sebagai Perusahaan Total Food Solutions yang beroperasi di seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir di pasar, kami terus mengatasi celah dan tantangan sepanjang sistem pangan," jelas dia.

Di samping itu, imbuh dia, Indofood juga mengimplementasikan inisiatif low-carbon pada seluruh value chain, dari hulu ke hilir.

Di hulu, grup agribisnis Indofood telah menerapkan praktik agrikultur yang berkelanjutan guna mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Sink dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan di tahun 2030 melalui zero deforestation and degradation of HCV, zero new planting pada lahan gambut, zero burning untuk pembukaan lahan dan penanaman kembali, serta melestarikan sekitar 25.000 hektar area kawasan bernilai konservasi tinggi.

Bahkan, 84 persen pupuk yang digunakan perseroan adalah pupuk organik.

“Di tingkat agribisnis yang lebih kecil, kesejahteraan petani harus diutamakan. Seperti yang telah kami lakukan dengan petani kentang di Indonesia," ungkap Axton.

Perseroan, tutur dia, juga menyediakan bibit yang baik, mengedukasi para petani untuk mengimplementasikan praktik pertanian yang baik.

"Dengan begitu produktivitasnya meningkat, meminimalkan penggunaan pupuk, dan saya rasa ini dapat meningkatkan ekonomi petani,” ujar Axton.

Senada dengan Axton, CEO PepsiCo Ramon Laguarta mengatakan, sudah banyak data yang menunjukkan bahwa transisi dari pertanian konvensional ke pertanian yang berkelanjutan dapat memperbaiki profit & loss dengan meningkatkan produktivitas dan mengurangi beban biaya.

"Proses transisi bukan sesuatu yang instan tapi memerlukan waktu," sebut Laguarta.

Gilberto Tomazoni, Global CEO JBS juga menyampaikan pentingnya peran teknologi dalam mengurangi emisi.

“Kami pernah menggunakan teknologi untuk memproduksi suplemen bagi sapi yang dapat menekan emisi. Di tahun pertama, kami berhasil mengurangi emisi namun menaikkan harga daging," terang Tomazoni.

"Pada tahun berikutnya dengan jumlah sapi yang lebih banyak, hasilnya berbeda. Emisi berkurang 90 persen dan tidak mempengaruhi harga jual daging. Hal ini menunjukkan, bahwa penerapan inovasi dan teknologi berdampak pada pengurangan emisi,” imbuh dia.

Memperbaiki sistem pangan tidak bisa hanya fokus pada satu aspek saja, tetapi harus mencakup seluruh value chain.

“Dalam konteks Indofood, selain agriculture kami juga melihat aspek manufaktur, di antaranya energi yang kami gunakan sebesar 70 persen adalah energi terbarukan yang berasal dari biomassa dan solar PV,” ujar Axton.

https://money.kompas.com/read/2024/01/19/210000926/di-swiss-indofood-paparkan-strategi-dukung-ketahanan-pangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke