Tren penurunan harga saham BYAN ini turut membuat pundi-pundi kekayaan pemiliknya, Low Tuck Kwong susut.
Berdasarkan Forbes Real Time Billionaires, Sabtu (17/2/2024) jumlah kekayaan bersih Low Tuck Kwong susut 229 juta dollar AS atau setara dengan Rp 3,5 triliun.
Pada Minggu (18/2/2024), harta Low Tuck Kwong tercatat berjumlah 27,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 428 triliun.
Per akhir Desember 2023, Low merupakan pemegang saham mayoritas di BYAN. Jumlah sahamnya mencapai 61 persen atau setara dengan 20,3 miliar lembar saham, dari total saham yang beredar yakni 33,3 miliar lembar saham.
Dengan demikian Low menjadi satu-satunya pemegang saham pengendali BYAN. Di usianya yang menginjak 75 tahun, Low masih menduduki jabatan sebagai Direktur Utama perusahaan yang tercatat di BEI pada 2008 itu.
Perusahaan tambang batu bara itu didirikan pada 1973 setelah setahun Low pindah ke Indonesia. Dengan berdirinya perusaan itu, pria kelahiran Singapura itu dijuluki sebagai raja batu bara.
Low juga saat ini mengendalikan perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy yang sebelumnya dikenal sebagai Manhattan Resources. Dia juga memiliki saham di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Low mendukung SEAX Global, yang sedang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Ketika remaja, Low bekerja di perusahaan konstruksi milik ayahnya. Keputusah untuk pindah ke Indonesia nyatanya membuka peluang besar setelah Low membeli tambang pertamanya pada tahun 1997.
https://money.kompas.com/read/2024/02/18/203000326/harga-saham-byan-turun-harta-low-tuck-kwong-susut-rp-3-5-triliun