Salin Artikel

Peluang dan Tantangan Ekonomi Digital dan E-Commerce Tahun 2024

EKONOMI digital pada umumnya dan e-commerce khususnya masih memiliki peluang untuk berkembang di tahun 2024 ini. Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya ekonomi digital dan e-commerce di tahun 2024 dan tahun-tahun mendatang.

Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia -yang merupakan salah satunya cermin daya beli masyarakat Indonesia- yang tetap positif di tengah kelesuan pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 menurut perhitungan BPS adalah 5,05 persen (yoy). Tahun 2024 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan juga masih positif yaitu antara 4,7 persen sampai 5,5 persen.

Kedua, secara khusus pasar e-commerce Indonesia terus meningkat dan sangat besar jumlahnya yaitu senilai sekitar 62 miliar dolar AS atau 973 triliun rupiah yang merupakan 45 persen Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan Nasional.

Secara umum untuk ekonomi digital dengan berbagai kegiatan atau sektornya (salah satunya e-commerce) saat ini diperkirakan senilai 82 miliar dolar AS atau 1.287 triliun rupiah.

Ketiga, pengguna internet di Indonesia yang terus meningkat. 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia atau 79,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Mayoritas pengguna internet di Indonesia tersebut menggunakan handphone atau mobile phone (We Are Social 2024).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang baru saja diumumkan maka jika pengguna internet Indonesia dibagi berdasar generasinya adalah sebagai berikut: Gen Z (kelahiran 1997-2012) sebanyak 34,40 persen; Generasi Milenial (kelahiran 1981-1996) sebanyak 30,62 persen;.
Gen X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 18,98 persen; Post Gen Z (kelahiran kurang dari 2023) sebanyak 9,17 persen; Baby Boomers (kelahiran 1946-1964) sebanyak 6,58 persen; dan Pre Baby Boomer (kelahiran 1945 dan sebelumnya) sebanyak 0,24 persen.

Dari data tersebut maka bisa dilihat pasar potensial sekaligus pelaku potensial ekonomi digital dan e-commerce Indonesia.

Faktor keempat yang tak kalah penting adalah dukungan pemerintah.


Kebijakan pemerintah yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan yang mendukung perkembangan ekonomi digital, mulai dari perluasan jaringan internet ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan juga di daerah 3T (tertinggal, terdepan,terluar), hingga peningkatan kecepatan akses internet.

Perluasan jaringan internet ke wilayah 3T itu akan dijangkau dengan satelit Satria-I yang sudah diluncurkan dan juga dengan Program BAKTI Aksi. Satria-I ditargetkan melayani 50.000 titik lokasi yang sebagian besar ada di wilayah 3 T tersebut.

Upaya mewujudkan hal itu tertuang dalam Rencana Strategis Kemkominfo yang menyebutkan di tahun 2024 akan dibangun dan diselesaikan pembangunan BTS di 7.904 desa yang belum terjangkau layanan internet.

Kebijakan pemerintah untuk terus memperluas jaringan internet, selain ikut memberikan kemudahan bagi pelaku ekonomi digital dan e-commerce, kebijakan tersebut juga memperluas pasar ekonomi digital dan e-commerce.

Apa Yang Harus Dilakukan?

Masih besarnya peluang di sektor ekonomi digital dan e-commerce dengan beberapa faktor pendukung yang sudah diuraikan di depan perlu diikuti dengan langkah-langkah dari pihak pelaku ekonomi digital.

Pertama, membuat rencana bisnis jangka panjang yang adaptif dan luwes untuk menghadapi tantangan dan menciptakan peluang yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

Tuntutan pasar yang kian dinamis dan kompetitif mendorong industri teknologi melakukan berbagai langkah transformasi signifikan dalam meningkatkan kelincahan dan efisiensi untuk dapat beradaptasi dengan perubahan dan memenangkan hati konsumen.

Salah satu perubahan yang paling terlihat adalah pergeseran menuju struktur organisasi yang lebih ramping (lean), menghilangkan birokrasi yang berbelit, mempercepat proses pengambilan keputusan, dan memberdayakan karyawan dalam mengambil lebih banyak inisiatif.

Restrukturisasi juga menjadi bagian penting dari transformasi ini. Banyak perusahaan teknologi melakukan perampingan, akuisisi dan merger untuk memperkuat portofolio produk, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan efisiensi operasi.

Contoh perusahaan yang melakukan ini adalah Gojek. Gojek bisa berkembang dengan cepat karena menghadirkan fitur-fitur baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berubah.

Demikian juga dengan Traveloka yang merupakan perusahaan layanan transportasi secara adaptif juga menyesuaikan layanan serta menghadirkan pula fitur-fitur baru sesuai kebutuhan pelanggannya.

Transformasi ini hampir terjadi di semua sektor secara keseluruhan, tidak hanya pada industri teknologi dan e-commerce. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini akan memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih kesuksesan di masa depan.


Kedua, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan misal dengan memotong biaya operasional yang kurang penting, contohnya biaya promosi berlebihan. Banyak pelaku e-commerce yang mengubah strategi efisiensi dengan berbagai hal yang lain.

Salah satunya adalah dengan kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman ke konsumen yang memesan. Blibi dan Tokopedia, contohnya mempunyai program barang 2 jam sampai kepada konsumen terutama di lokasi-lokasi yang banyak konsumennya.

Caranya dengan memperbanyak gudang dekat konsumen. Sementara Bukalapak menawarkan barang sampai ke konsumen dalam 30 menit dan hemat 30 ribu rupiah.

Ketiga, menciptakan diferensiasi produk maupun jasa yang unik dan berbeda dengan para pesaing. Sebagai contoh: Amazon awalnya adalah toko buku online. Dalam perkembangannya sampai sekarang Amazon memperluas bisnisnya tidak hanya toko buku tetapi juga produk elektronik, pakaian, bahkan penghantaran makanan.

Contoh yang lain adalah Airbnb. Pada mulanya Airbnb adalah platform yang menyediakan interaksi atau ruang untuk mereka yang menyewakan kamar atau rumahnya. Tetapi kini Airbnb juga menyediakan layanan untuk mereka yang membutuhkan layanan transportasi dan berbagai layanan lain.

Keempat, mengoptimalkan teknologi Artificial Intellegence (AI) untuk menarik konsumen, misal dengan interaksi langsung antara konsumen dan penjual secara real time.

Penggunaan AI dalam industri e-commerce di Indonesia semakin marak, termasuk di platform seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya.

Penerapan AI di e-commerce Indonesia meliputi fitur rekomendasi produk, chatbot dan virtual assistant, pencarian produk, personalisasi iklan, mendeteksi penipuan, manajemen persediaan barang, hingga analisis data.

Salah satu bentuk dari penggunaan AI untuk mempermudah interaksi langsung dengan konsumen dapat dilihat di Lazada lewat LazzieChat, fitur chatbot yang didasarkan pada teknologi AI. Fitur ini bertujuan memperkuat interaksi dan meningkatkan kualitas layanan Lazada kepada pelanggan.

LazzieChat dapat membantu pengguna dalam berbagai hal termasuk mendapatkan rekomendasi produk sehingga mempercepat pencarian produk untuk pengguna.

Dengan demikian, transformasi menjadi perusahaan yang adaptif, luwes, efisien, dan inovatif, termasuk dengan mengoptimalkan teknologi kecerdasan buatan, menjadi keniscayaan bagi e-commerce untuk mampu menjawab peluang dan tantangan ekonomi ke depan.

https://money.kompas.com/read/2024/02/26/090000926/peluang-dan-tantangan-ekonomi-digital-dan-e-commerce-tahun-2024

Bagikan artikel ini melalui
Oke